Persoalan ketersediaan energi dan harganya juga menjadi masalah rendahnya daya saing industri dalam negeri. Keterbatasan energi membuat industri sulit berkembang. Beberapa upaya tengah dilkukan pemerintah untuk menjawab permasalahan energi ini, salah satunya dengan proyek pembangunan pembangkit listrik 35 gigawatt (GW).

Kemudian biaya logistik yang mahal karena keterbatasan infrastruktur. Dan terakhir, masalah pembiayaan yang menyulitkan industri mendapat akses permodalan. Menurut JK, bunga bank yang terlalu tinggi menjadi salah satu penyebab industri di Indonesia kalah bersaing dengan negara lainnya. Bunga yang diberlakukan perbankan di Indonesia mencapai 10 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia dan Singapura yang hanya di kisaran 5 persen.

"Kami sudah bicara panjang dengan Gubernur BI dan Menteri Keuangan. Betul-betul akan kami evaluasi. Kalau asing dapat bunga yen 1 persen, sedangkan rupiah 12 persen, mana mungkin kita bersaing," ujarnya. (Baca: Kenapa BI Enggan Pangkas Suku Bunga)

JK meyakini ekonomi masih bisa tumbuh baik bila keempat tantangan itu bisa diatasi. Indonesia, beruntung memiliki pasar yang besar dan penduduk usia produktif. Apalagi saat ini dunia sangat bergantung pada pasar. Seharusnya industri bisa memanfaatkan minat impor yang tinggi, untuk memproduksi barang substitusinya di dalam negeri.

“Itu kondisi ekonomi kita, maka kita bisa lebih baik dengan modal pasar yang besar, tetapi harus kurangi kelemahannya," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati