Penguatan Rupiah Berhasil Tekan Imbal Hasil Surat Utang

Donang Wahyu|KATADATA
Petugas penukaran mata uang merapihkan uang yang hendak ditukar dengan mata uang asing di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta.
Penulis: Yura Syahrul
12/10/2015, 20.28 WIB

KATADATA - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berdampak positif terhadap pasar surat utang di dalam negeri. Buktinya, dalam beberapa hari terakhir ini, para investor asing menyerbu surat utang negara (SUN) sehingga berhasil menekan imbal hasilnya (yield).

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, penguatan rupiah ini membuat permintaan terhadap obligasi oleh investor asing meningkat sehingga harganya pun naik. Efeknya, tingkat imbal hasil SUN menurun sehingga ujung-ujungnya beban pembayaran bunga utang pemerintah mengecil.

“Kalau rupiah menguat, asing banyak masuk, sehingga permintaan terhadap obligasi di pasar sekunder menguat atau dorongan positif untuk penurunan yield,” katanya seusai rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Senin (12/10).

Robert mengungkapkan, imbal hasil SUN bertenor 10 tahun dalam beberapa hari ini sudah turun dari kisaran 9,6-9,7 persen ke rentang level 8,6 persen hingga 8,7 persen. “Kalau tidak salah (yield) dalam beberapa hari terakhir turun sampai 100 basis poin (1 persen).”

Sementara itu, laju penguatan rupiah pada perdagangan di pasar spot hari Senin ini cenderung tertahan. Setelah sempat melonjak rata-rata 1,5 persen sampai 2 persen saban hari pada pekan lalu, rupiah di awal pekan ini hanya menguat 0,03 persen menjadi Rp 13.407 per dolar AS. Padahal, di tengah perdagangan, rupiah sempat menguat ke level Rp 13.347 per dolar AS.

Nilai rupiah di pasar spot setidaknya sudha sejalan dengan kurs Bank Indonesia (BI). Pada hari Senin ini, nilai rupiah berdasarkan kurs referensi JISDOR sebesar Rp 13.466 per dolar, atau menguat dari penutupan perdagangan pada akhir pekan lalu sebesar Rp 13.521 per dolar AS.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution, Desy Setyowati