KATADATA ? Hasil referendum Yunani yang menolak proposal dana talangan dari negara kreditor bisa berpengaruh pada persepsi pasar terhadap stabilitas ekonomi makro Indonesia. Ini terlihat dari kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang melemah 1,3 persen ke posisi 4916,7 dalam perdagangan Senin (6/7).
?Begitu ada keputusan (referendum) atau kondisi risiko yang meningkat, itu langsung ada periode risk off dan flight to quality (investasi ke negara yang lebih aman),? kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo seusai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Jakarta.
Dia melanjutkan, seandainya terjadi risk off (penghindaran risiko) di pasar keuangan negara-negara dengan pasar yang baru berkembang, maka investor akan mengalihkan modalnya ke negara yang lebih aman seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
?Kami lihat negara berkembang perlu waspada, termasuk Indonesia,? kata Agus.
Kendati begitu, ia memastikan bank sentral sudah mengantisipasi adanya kemungkinan Yunani keluar dari Uni Eropa. BI akan fokus untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah. Hal ini yang dilakukan sejak tiga bulan terakhir, mengingat adanya ketidakpastian kenaikan suku bunga AS (Fed Rate) dan gagal bayar (default) Yunani.
?Seandainya Yunani referendum, katakan ?no? dan akan ada kemungkinan mereka keluar dari (Uni) Eropa itu adalah sesuatu yang sudah kami antisipasi. Sehingga bagi Indonesia, kami perlu menjaga stabilitas ekonomi makro dan terus harus yakini bahwa kami berkomunikasi, berkoordinasi dengan baik,? ujar dia.
Dalam perdagangan hari ini, IHSG ditutup melemah 1,3 persen atau yang terendah dalam tiga pekan terakhir. Sementara kurs rupiah tercatat stabil di posisi Rp 13.350 per dolar AS.
Analis First Asia Capital David Nathanel Sutyanto mengatakan, kondisi hasil referendum Yunani akan membuat dolar AS semakin kuat. Dengan begitu, emiten yang memiliki utang atau bertransaksi dalam valuta asing (valas) akan terpengaruh. Maka, pasar khawatir hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan.
"Ini kan banyak yg masih menggunakan dolar AS. Jadi kalau menguat bisa rugi selisih kurs karena dolar AS menguat, akan membebani IHSG," kata dia kepada Katadata.
Menurut dia, pengaruh kondisi Yunani masih akan berdampak dalam waktu dekat. Mengingat masih adanya kemungkinan tarik menarik antara Yunani dan Uni Eropa. ?Saya masih lihatnya sideways (pengaruhnya). Karena ini kan bukan final decision. Masih ada lobi-lobi nanti dari Yunani ke bank sentral Eropa (ECB),? ujar dia.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro masih optimistis perkembangan yang terjadi di Yunani tidak akan terlalu berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Menurut dia, masih akan ada diskusi di antara Yunani dan Uni Eropa. Alasannya, masing-masing pihak akan rugi bila Yunani keluar.
Bagi Yunani, yang masih memiliki utang akan kesulitan mendapatkan pinjaman. Sementara, bagi Eropa akan berdampak pada mata uang dan perekonomiannya.
?Dampaknya kecil, kalau Eropanya sendiri nggak apa-apa. Yunani saja (yang terkena). Hanya mereka akan tetap di Eropa atau nggak, itu saja. Tapi Eropa keseluruhan (sudah masa) perbaikan,? kata Bambang.