KATADATA ? Indonesia kehilangan momentum untuk memacu perekonomiannya. Ini terlihat dari kinerja pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 yang hanya sebesar 4,71 persen, lebih rendah dari perkiraan.
Glenn Maguire, Chief Economist for South Asia, Asean & Pacific ANZ, mengatakan dengan realisasi di bawah konsensus pasar sebesar 4,9 persen, sulit bagi pemerintah untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi.
?Prospek ekonomi Indonesia secara cepat berubah dari menggembirakan menjadi bermasalah,? kata dia dalam analisisnya yang diterima Katadata, Selasa (5/5).
Penyebabnya, kata dia, rendahnya realisasi belanja pemerintah selama kuartal I-2015 yang turun 48,7 persen dibandingkan kuartal IV-2014. Begitu juga dengan pembentukan modal tetap yang menyusut 4,78 persen. Sementara kinerja ekspor selama kuartal I turun 5,98 persen akibat berkurangnya permintaan dan turunnya harga komoditas.
?Bahkan, sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat belanja infrastruktur tidak mampu menahan perlambatan ekonomi,? kata Maguire.
(Baca: Ekonomi Indonesia Melambat, Hanya Tumbuh 4,71 Persen)
Mau tak mau, lanjut dia, pemerintah mesti mempercepat pengeluarannya untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini. Tanpa ada perubahan, Bank Indonesia akan semakin sulit melonggarkan kebijakan moneter untuk merespons perlambatan ekonomi ini. Apalagi ada kemungkinan laju inflasi semakin tinggi menjelang Ramadan.
?Ketika inflasi telah stabil, sedikit pelonggaran kebijakan moneter pada akhir tahun akan menjadi suplemen untuk mempercepat belanja pemerintah,? kata dia.
Dian Ayu Yustina, ekonom Bank Danamon, mengatakan pertumbuhan ekonomi yang hanya 4,71 persen pada kuartal I mengecewakan pasar. Ini bahkan lebih rendah dibandingkan kinerja pada 2009 setelah pada tahun sebelumnya diterpa krisis.
?Perlambatan ekonomi tahun ini diperparah dengan terlambtanya belanja dan investasi pemerintah,? tutur dia.