KATADATA ? Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sulit mencapai target 5,7 persen. Persoalannya, Indonesia belum mampu mendorong investasi sebagai motor pertumbuhan.
Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan, kunci untuk menarik investasi adalah dengan pembangunan infrastruktur. Saat ini fasilitas infrastruktur Indonesia terbilang masih rendah sehingga lembaga keuangan internasional ini memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya 5,2 persen.
Kendati demikian, angka itu masih lebih baik dibandingkan negara-negara dengan pasar yang baru berkembang atau emerging market lainnya. Terlebih di tengah tantangan ekonomi global saat ini, yakni penurunan harga komoditas dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di atas 5 persen lantaran kebijakan pemerintah yang mengalihkan subsidi energi ke sektor produktif. Ini membuat defisit neraca transaksi berjalan Indonesia bisa lebih baik.
?Indonesia bisa lebih baik dari Brasil karena mereka tidak melakukan reformasi ini. (Tumbuh) 5,2 persen pada kondisi saat ini, itu tidak buruk,? kata Diop di kantornya, Jakarta, Senin (13/4).
Diop menyampaikan, kepastian pembangunan infrastruktur harus dilakukan. Dalam jangka pendek, hanya hal itu yang akan mendorong adanya aliran masuk dari asing. Sedangkan dalam jangka panjang, pemerintah harus mendorong peningkatan pendidikan. Terutama, untuk meningkatkan kualitas pendapatan masyarakat.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sebelumnya menyatakan optimisme pemerintah bahwa target pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai target 5,7 persen. Meski perekonomian global tengah mengalami perlambatan, Indonesia bisa mencatatkan pertumbuhan dengan mengandalkan konsumsi masyarakat yang masih stabil.
Diop menilai, konsumsi di dalam negeri memang masih stabil. Namun, konsumsi masyarakat bisa terganggu dengan adanya kenaikan harga beberapa barang pokok, serta kebijakan moneter yang ketat.
Sedangkan dari sisi ekspor, masih dalam tren perlambatan. Ini mengingat mayoritas ekspor dari Indonesia berupa komoditas yang harganya tengah turun. Maka, kinerja ekspor lebih banyak didorong dari manufaktur, namun jumlahnya tak signifikan.
?Variable kunci ekonomi Indonesia adalah investasi. Konsumsi masih tetap, relatif stabil. Ekspor ke depan juga stabil, biar pun sudah membaik. Untuk tumbuh 6 persen, (kuncinya) adalah investasi,? kata Diop.
Menurut dia, penguatan dolar memang semestinya dimanfaatkan Indonesia untuk mendorong ekspor. Jika dilihat dari sisi perdagangan, semestinya kondisi nilai tukar rupiah ini berdampak positif. Terutama, jika dilihat dari Real Effective Exchange Rate (REER) posisi rupiah masih lebih baik, sehingga seharusnya ada perbaikan dari sisi impor.
Akan tetapi, penguatan dolar ini memang harus diwaspadai khususnya untuk perusahaan yang memiliki utang dalam valuta asing (valas). Antisipasi berupa lindung nilai (hedging) harus dilakukan, untuk menghindari kerugian.