Indonesia Tidak Bisa Lawan Tren Penguatan Dolar

KATADATA
Bank Indonesia (BI) dinilai percuma melakukan intervensi untuk memperkuat rupiah dalam situasi tren penguatan dolar AS.
18/3/2015, 20.29 WIB

KATADATA ? Indonesia tidak bisa melawan tren penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Jika terlalu ngotot menjaga nilai tukar rupiah, Indonesia kembali terperosok dalam krisis pada 1997.

Menurut Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, penguatan dolar AS yang terjadi saat ini merupakan tren global yang tidak bisa dihindari. Sebabnya pertama, perbaikan ekonomi AS membuat aliran dana ke negara tersebut menjadi lebih besar. Apalagi ini dibarengi dengan rencana the Fed menaikkan suku bunga, sehingga investasi di sana menjadi lebih menguntungkan.

Kedua, penghentian stimulus moneter oleh the Fed membuat pasokan dolar menjadi berkurang, sementara Uni Eropa dan Jepang melakukan kebijakan stimulus. Alhasil, likuiditas di AS berkurang, sedangkan di negara lain meningkat.

?Dana dari Eropa dan Jepang masuk ke AS, bertukar dengan dolar yang sedikit. Jadi dolar menguat,? kata Budi di kantornya, Jakarta, Selasa (17/3). ?Tapi dampak penguatan dolar di setiap negara berbeda, tergantung defisit transaksi berjalannya.? 

(Baca: "Jangan Mimpi Rupiah Kuat")

Menurutnya, Bank Indonesia (BI) akan percuma melakukan intervensi untuk memperkuat rupiah dalam situasi ini. Persoalannya tidak ada yang bisa melawan tren penguatan dolar pada saat ini. Dia mengibaratkan, intervensi terhadap rupiah hanya seperti menggarami lautan.

Jika BI terlalu reaktif melakukan intervensi justru akan dimanfaatkan spekulan mengambil untung dengan menjual rupiah. Jika ini terjadi, bukan hanya cadangan devisa yang berkurang, tapi rupiah bisa tambah tertekan.

?Kalau rupiah menguat dan dolar menguat itu mirip 1997, sementara tren dolar menguat dahsyat. Bayangkan, kalau berlarut-larut Soros tahu, (rupiah) overvalued  maka banyak yang sell. Justru di situ pecahnya,? kata Budi.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati