Penerimaan Pajak Baru 64 Persen dari Target

Dirjen Pajak
Penulis:
Editor: Arsip
13/10/2014, 18.56 WIB

KATADATA ? Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengatakan penerimaan pajak hingga kuartal III-2014 baru mencapai Rp 680 triliun. Nilai tersebut hanya sekitar 64 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar Rp 1.072,4 triliun.

Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengatakan perlambatan ekonomi global yang berdampak pada perekonomian nasional, menjadi penyebab penerimaan pajak menurun. Dia pun tidak bisa memastikan apakah target pajak tahun ini bisa tercapai. 

Fuad juga tidak membantah penerimaan pajak tahun ini hanya mencapai 92 persen, dengan Selisih antara target dan realisasi (shortfall) bisa lebih dari Rp 76 triliun. "Saya gak bisa sebut begitu (shortfall lebih dari Rp 76 triliun). Pokoknya saya usahakan (penerimaan pajak) sampai Rp 1.000  triliun dan saya rasa bisa kok," ujarnya di Jakarta, Senin (13/10).

Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan penerimaan pajak memang sudah dipastikan akan meleset dari target. Pasalnya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 5,6 persen, ternyata kemungkinan hanya mencapai 5,1-5,2 persen. Secara teoritis penerimaan pajak berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, saat ini penerimaan pajak malah lebih rendah.

Meski demikian, dia mengingatkan pemerintah agar realisasi penerimaan pajak ini jangan sampai dibawah 92 persen dari target. Hal ini untuk menjaga target defisit APBN sebesar 2,41 persen.

Jika hingga Oktober realisasi penerimaan pajak belum ada perbaikan, pemerintah baru Jokowi-JK harus mencari cara mengatasi hal ini. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan, dengan mengurangi serapan anggaran dengan mengurangi realisasi program.

"Ini dilematis bagi pemerintah baru, beban pak Jokowi. Utang itu ada, tapi programnya tidak terealisasi," tuturnya.

Lana menyarankan, untuk menekan shortfall ini Ditjen Pajak tidak melakukan ijon pajak atau menarik pajak satu tahun sebelumnya. Hal ini dianggap sebagai taktik yang manipulasi.

Pemerintah bisa dengan jujur mengatakan bahwa penerimaan masih jauh dari target. "Supaya ke depannya jangan terlalu jauh menargetkan pertumbuhan ekonomi dengan realisasinya, kan bukan tahun ini saja target pajak tidak tercapai," kata Lana.

Seharusnya kata dia, pemerintah dalam menyusun target APBN terlebih dahulu membandingkan asumsi awal, APBN perubahan, dan realisaasinya. Sehingga tidak seperti sekarang, target yang ditetapkan selalu saja meleset. 

Reporter: Rikawati