Bank Dunia meminta kreditur komersial pemerintah memberi keringanan utang kepada negara miskin. Hal itu untuk membantu negara-negara tersebut menangani masalah ekonomi dan kesehatan di tengah pandemi corona.
Presiden Bank Dunia David Malpass juga menginginkan beberapa negara yang termasuk dalam International Development Association bisa mendapatkan kredit dengan persyaratan serupa dari kreditur komersial. "Para kreditur komersial pemerintah tak seharusnya free ride dalam penangguhan pembayaran utang," kata Malpass dalam konferensi video di Washington, Jumat (17/4).
Malpass menyatakan Bank Dunia bersama Dana Moneter Internasional (IMF) telah menyepakati keringanan utang bagi negara-negara miskin di tengah pandemi corona. Kedua lembaga itu menyepakati kebijakan tersebut bersama negara-negara G-20 dan Paris Club.
"Ini merupakan pencapaian yang luar biasa besar," ujarnya.
(Baca: Bengkak Akibat Corona, Utang Pemerintah per Maret Tembus Rp 5.000 T)
Sebelumnya, pejabat keuangan negara G20 memang telah sepakat menangguhkan sementara utang negara miskin dan berpenghasilan rendah di dunia hingga akhir tahun. Langkah itu untuk membantu negara miskin mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi corona.
Kesepakatan itu dicapai oleh para menteri keuangan G20 usai mengadakan pertemuan virtual pada Rabu (16/4). Pertemuan itu juga terjadi di tengah kritik yang meluas terkait keputusan Presiden A.S untuk menghentikan sementara pendanaan bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Moratorium pembayaran utang bilateral akan dimulai pada 1 Mei 2020. Kebijakan tersebut akan berlaku untuk 76 negara yang dikategorikan sebagai negara miskin dan tidak berkembang oleh Bank Dunia dan PBB.
Di sisi lain, Malpass turut meminta seluruh negara tetap bisa menjalankan perdagangan. Hal ini bertujuan agar negara tersebut bisa pulih dari perekonomian yang memburuk akibat virus corona.
Dengan demikian dirinya mengharapkan agar situasi saat ini tak meningkatkan proteksionisme perdagangan. "Negara-negara perlu memungkinkan perdagangan untuk melindungi diri dari pukulan ekonomi," ucap dia.
Mengutip Worldometers, kasus positif virus corona telah mencapai 2,25 juta orang di seluruh dunia pada Sabtu (18/4) pukul 08.50 WIB. Dari total tersebut terdapat 154.247 orang meninggal dunia dan 571.577 berhasil sembuh.
(Baca: Pekan Depan, BI Bisa Borong SUN di Pasar Perdana hingga 25%)