Pemerintah optimistis ekonomi tetap tumbuh pada tahun ini meski ada pandemi corona. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahkan menyebut pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 3%.
Luhut mengklaim berbagai kebijakan yang disiapkan pemerintah mampu mempertahankan roda perekonomian. Salah satunya mengenai kebijakan hilirisasi. "Nilai tambah hilirisasi itu kan dilakukan supaya dapat pajak tambah, lapangan kerja, dan pendidikan tambah baik," kata Luhut dalam diskusi daring di Radio Republik Indonesia, Jumat (15/5).
Indikator lainnya, adanya ketauladanan yang diberikan pemimpin negeri dalam menghadapi pandemi corona. Hal itu menjadi salah satu indikasi kepercayaan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
"Sekarang diakui banyak orang-orang luar negeri. Contohnya tanda tangan investasi tadi malam senilai US$ 2,5 miliar dengan PT Bakrie Capital Indonesia untuk mengembangkan produk methanol agar membantu program B30," kata dia.
(Baca: Tumbuh Melambat, Utang Luar Negeri RI Kuartal I Tembus Rp 6.371 T)
(Baca: Ragam Proyeksi Kurva Pemulihan Resesi Corona, dari U Sampai Logo Nike)
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Luhut tersebut melampaui perkiraan International Monetary Fund (IMF). Lembaga keuangan itu memprediksi ekonomi Indonesia hanya tumbuh 0,5% pada tahun ini akibat pandemi corona. Prediksi pertumbuhan ekonomi itu merupakan yang terendah sejak krisis ekonomi 1998-1999.
Ekonomi Indonesia pada 1998 minus hingga 13,13% dan hanya tumbuh 0,79% pada 1999. Namun setelah itu, ekonomi Indonesia selalu tumbuh di atas 3%.
Dalam laporan World Economic Outlook yang dirilis IMF pada Selasa (15/4), ekonomi global diprediksi minus 3% pada tahun ini, terburuk sejak 'depresi berat' pada 1929. Sementara ekonomi ASEAN-5 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam diprediksi minus 0,6%.
Dari lima negara ASEAN tersebut, ekonomi Indonesia, Filipina, dan Vietnam diprediksi masih mampu tumbuh. Vietnam masih mampu tumbuh 2,6%, sedangkan Filipina 0,6%. Sementara ekonomi Thailand diprediksi minus hingga 6,7%, sedangkan Malaysia 1,7%.
IMF mengubah secara drastis ramalannya terhadap pertumbuhan ekonomi seiring penyebaran virus corona menjalar dengan cepat di seluruh dunia. Total kasus positif Covid-19 kini telah mencapai 2 juta.
(Baca: Sri Mulyani Paparkan Ekonomi Makro 2021 ke DPR, Pertumbuhan 4,5%-5,5%)