Pandemi virus corona memukul perekonomian seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Presiden Joko Widodo berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dapat terjaga di level 0,5% sehingga mampu kembali tumbuh 5% pada tahun depan.
"Bapak Presiden mengarahkan bahwa sesuai target pertumbuhan dalam APBN-P 2020 diharapkan kita bisa menjaga pertumbuhan di 0,5%," kata Airlangga dalam konferensi video, Senin (18/5).
Adapun pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 yang sebesar 2,97% menurut Airlangga sangat jauh dari ekspektasi. Perlambatan pertumbuhan ekonomi, antara lain disebabkan oleh anjloknya oer hingga 2,84%.
Namun ketika ditanya kembali oleh wartawan saat konferensi pers, Airlangga menyebut pemerintah masih menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 2,3%. Adapun pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5% merupakan ramalan Bank Dunia.
Di konferensi pers terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah masih akan menggunakan skenario pertumbuhan ekonomi 2020 pada level 2,3%. "Itu merupakan skenario berat yang sekarang jadi skenario optimis," kata Sri Mulyani dalam konferensi video yang berlainan.
(Baca: Sri Mulyani: Defisit APBN 2020 Berpotensi Tembus Rp 1.000 Triliun)
Pada skenario berat, pertumbuhan ekonomi bahkan disebutkan ia bisa mencapai -0,4%. Dalam skenario berat, kemiskinan dan pengangguran bisa meningkat hingga masing-masing 1,89 juta orang dan 2,92 juat orang.
Sementara dalam skenario lebih berat lagi, kemiskinan bisa meningkat 4,86 juta orang dan penganguran bertambah 5,23 juta orang.
Dengan dampak tersebut, Sri Mulyani menyebut pemerintah mendesain pemulihan ekonomi akibat virus corona. Baik dari sisi permintaan dan produksi.
Dari sisi permintaan, langkah yang dilakukan pemerintah yakni subsidi bansos terutama kepada masyarakat miskin dan rentan secara lebih luas. Tujuannya, menahan kemerosotan konsumsi sehingga bisa tetap terjaga pada level yang bisa penuhi kebutuhan, terutama kebutuhan dasar.
"Makanya diberikan dalam bentuk sembako, tarif dasar listrik, keluarga harapan dan tunai," ujarnya.
(Baca: Dana Pemulihan Ekonomi Rp 641 Triliun untuk UKM, BUMN hingga Pengusaha)
Selain itu, Mantan Direktur Peaksana Bank Dunia ini mengaku juga masih mendesain revitalisasi konsumsi apabila pembatasan sosial sudah mulai dikurangi. Jika kondisi ini sudah dipenuhi, stimulus dalam bentuk konsumsi terutama pariwisata, transportasi, dan restoran akan mulai didesain kementerian terkait.
Sementara dari sisi dukungan dunia usaha agar bisa bertahan di tengah pandemi yakni pemerintah memberikan intervensi. Fokus pertama tentunya akan diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Mereka dapat subsidi bunga, penundaan pembayaran cicilan pokok, dan insentif pajak dalam bentuk DTP sehingga tidak bayar PPh," katanya.
Sebelumnya, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya akan mencapai 0,5%. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi akan melesat 8,2% pada tahun depan.