Kamar Dagang dan Industri Indonesia memperkirakan ekonomi domestik pada kuartal kedua tahun ini minus 2% - 3% imbas pendemi virus corona. Hal ini berpotensi menimbulkan ledakan jumlah pengangguran.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kadin Shinta Kamdani mengatakan kondisi ini sangat berat bagi pelaku usaha dan seluruh karyawan. Kondisi saat ini juga telah membuat sebanyak enam juta karyawan dirumahkan tanpa adanya kepastian hingga kapan dapat kembali bekerja.
"Keadaan seperti ini banyak pelaku usaha yang terdampak dan tidak bisa beroperasi kembali sehingga banyak yang sudah tutup dan menyebabkan pengusaha menurunkan jumlah aktivitas dan karyawannya," kata Shinta kepada Katadata.co.id, Rabu (20/5).
Kondisi perekonomian saat ini lebih buruk dibandingkan krisis-krisis ekonomi tahun sebelumnya, termasuk saat krisis tahun 1998. Saat krisis lebih dari dua dekade lalu, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah masih dapat menjadi tulang punggung perekonomian lantaran konsumsi dalam negerinya yang tinggi.
(Baca: Ancang-ancang Menghadapi Bank Gagal Akibat Pandemi Corona)
Sementara pada krisis saat ini, sektor UMKM dan informal justru paling terdampak. "Sekarang ini UMKM yang tadinya penopang kita kan juga kena dampak, sektor informal yang saat ini banyak sekali terkena," kata dia.
Oleh karena itu, Kadin sebelumnya telah mengusulkan kepada pemerintah untuk mencetak uang lebih banyak guna penanganan wabah ini. Meski kebijakan ini dinilai tidak populer, kondisi saat ini sudah sangat mendesak dan tak ada banyak pilihan.
Adapun total dana yang dibutuhkan mencapai Rp 1.600 triliun. Rinciannya Rp 400 triliun untuk kesehatan, Rp 600 triliun untuk bantuan bagi masyarakat, dan Rp 600 triliun untuk mendorong ekonomi.
"Memang kalau kita lihat bantuan yang disiapkan pemerintah sangat kurang dan kami merasa tidak akan mencukupi dengan stimulus yang disiapkan. Makannya kami mengusulkan stimulus yang jauh lebih tinggi baik untuk kesehatan, jaring pengaman sosial dan stimulus ekonomi," kata dia.
(Baca: Corona Belum Usai, BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2020 Minus 2,2%)
Sebelumnya, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance Sugiyono Madelan Ibrahim juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II berada di angka negatif. Sebab, penanganan pandemi corona belum menunjukkan hasil yang positif.
Kondisi lebih parah dibanding krisis 1998 karena pandemi corona langsung menyerang pusat pemerintahan dan bisnis. "Dugaan saya angka pertumbuhan ekonomi kuartal II bisa sampai -0,25%, sebab penggerak perekonomian nasional, yakni Jabodetabek terkena pukulan paling berat," kata Sugiyono, beberapa waktu lalu.
Pada krisis 1998 ekonomi masih bisa bergerak karena UMKM masih mampu menjadi tulang punggung. Sedangkan, saat ini adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat UMKM juga kena pukulan berat.
Sementara, memperbaiki kinerja pun tidak mudah dalam waktu dekat, karena banyak pihak butuh waktu untuk menyesuaikan saat pandemi corona berakhir nanti. Ini asumsi jika pandemi corona berakhir dalam waktu dekat.