Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,27% ke level Rp 14.067 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (16/6). Rupiah menguat usai bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed, mengumumkan kebijakan stimulus.
Selain rupiah, mayoritas nilai tukar mata uang Asia juga menguat terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong tercatat naik tipis 0,01%, dolar Singapura menguat 0,19%, dolar Taiwan menguat 0,33%, won Korea Selatan naik 0,71%, peso Filipina naik 0,34%, yuan Tiongkok menguat 0,16%, dan ringgit Malaysia menguat 0,26%.
Sementara, nilai tukar yen Jepang, rupee India, dan baht Thailand tercatat melemah terhadap dolar AS. Nilai ketiga mata uang ini masing-masing melemah 0,01%, 0,24%, dan 0,01%.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, penguatan nilai rupiah utamanya disebabkan oleh keputusan The Fed mengeluarkan kebijakan stimulus baru untuk membantu perusahaan AS melewati pandemi.
"Rupiah menguat terhadap dolar AS karena kebijakan The Fed tersebut," ujar Tjendra kepada Katadata.co.id, Selasa (16/6).
(Baca: Neraca Dagang Surplus, Rupiah Perkasa ke 14.115 per Dolar AS)
Adapun, The Fed meluncurkan program pembelian obligasi perusahaan AS di pasar sekunder dengan anggaran hingga US$ 750 miliar. Kebijakan ini terlihat mendorong pelemahan nilai tukar dolar AS karena mendorong kenaikan likuiditas dolar AS.
Hal ini terlihat dari penurunan indeks dolar AS di pasar spot. Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS tercatat berada di level 96,54, turun 0,17% dibanding level penutupan indeks sebelumnya.
Seperti diketahui, The Fed akan mulai membeli obligasi korporasi pada Selasa (16/6) melalui pasar sekunder fasilitas kredit korporasi atau secondary market corporate credit facility (SMCCF). Fasilitas ini merupakan fasilitas darurat yang baru-baru ini diluncurkan oleh bank sentral AS, untuk meningkatkan fungsi pasar setelah pandemi virus corona.
Ariston menilai, keputusan The Fed ini memberikan sentimen positif pada aset berisiko. Sehingga, menutup sementara kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi gelombang kedua pandemi.
Atas sentimen positif ini, Ariston memprediksi nilai tukar rupiah berpotensi menguat dengan level support Rp 14.000 dan resistance di level Rp 14.150 per dolar AS.
(Baca: Meski Dibuka Menguat, Nilai Tukar Rupiah Dibayangi Potensi Pelemahan)