Konflik India-Tiongkok Mereda, Rupiah Menguat ke Rp 14.082 per Dolar

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis 0,05% pada perdagangan Rabu terdorong redanya konflik Tiongkok-India.
Editor: Ekarina
17/6/2020, 17.48 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan di  pasar spot Rabu (17/6) sore menguat tipis 0,05% ke level Rp 14.082 per dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan nilai tukar terjadi seiring mulai meredanya ketegangan antara India dan Tiongkok.

Tak hanya rupiah, sejumlah mata uang Asia turut menguat sore ini. Mengutip Bloomberg, Dolar Hong Kong naik 0,01% bersama dengan Taiwan 0,17%, peso Filipina 0,04%, dan rupee India 0,06%.

Sedangkan yen Jepang melemah 0,06% diikuti dolar Singapura 0,01%, won Korea Selatan 0,5&%, yuan Tiongkok 0,04%, ringgit Malaysia 0,07%, dan baht Thailand 0,33%.

(Baca: Jelang Pertemuan AS-Tiongkok, Kurs Rupiah Menguat ke Rp 14.065 per US$)

Panel Ahli Katadata Insight Center Damhuri Nasution menilai penguatan kembali rupiah terjadi karena konflik India dan Tiongkok sudah mulai tenang. "Namun, sebagian pelaku pasar mulai khawatir negara superpower seperti AS dan Rusia ikut terseret dalam konflik ini," ujar Damhuri kepada Katadata.co.id, Rabu (17/6).

Sejak awal Mei, ratusan tentara kedua negara saling berhadapan di tiga lokasi. Kedua pihak saling tuding menerobos wilayah perbatasan. Namun konflik  yang berujung pada jatuhnya korban jiwa merupakan peristiwa yang pertama sejak kedua negara bertetangga itu terakhir  terlibat pertikaian keras terkait perbatasan pada 1967.

BBC melaporkan, Garis Kendali Aktual (LAC) kedua negara tidak didemarkasi dengan baik. Keberadaan sungai, danau, dan timbunan salju membuat garis perbatasan bisa bergeser. Alhasil, baik tentara India maupun Tiongkok kerap berhadapan di sejumlah titik.

Selama ini India menuding Tiongkok menduduki wilayah mereka seluas 38.000 kilometer per segi. Sejumlah perundingan dalam tiga dasawarsa gagal menuntaskan sengketa wilayah keduanya.

(Baca: Rupiah Menguat ke 14.090 per Dolar AS Masih Imbas Mal & Kantor Dibuka)

Selain India dan Tiongkok, ada pula sentimen negatif lain yang membayangi pasar hari ini yaitu terkait kasus baru Covid-19 di Beijing dan sekitarnya. "Ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya infeksi pandemi gelombang kedua," kata dia.

Namun demikian, dia juga menyebut ada pula beberapa sentimen positif lain di pasar yang bisa memengaruhi rupiah, seperti kebijakan pelonggaran lockdown di beberapa negara maju sehingga menimbulkan harapan resesi akan berakhir. Kemudian, kebijakan moneter yang sangat longgar di seluruh dunia serta imbal hasil instrumen investasi yang masih sangat menarik di dalam negeri, sehingga berpotensi menarik arus modal asing yang masuk ke RI.  

Dengan demikian, dia menyebut rupiah masih berpeluang menguat hingga perdagangan besok. Namun, pergerakan rupiah besok kemungkinan juga masih akan dibayangi sikap investor yang menanti hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia.

Adapun pergerakkan rupiah sejak awal pekan bisa dilihat dalam Databoks berikut. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria