Jelang Pertemuan AS-Tiongkok, Kurs Rupiah Menguat ke Rp 14.065 per US$
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,18% ke level Rp 14.065 per dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan ditopang harapan ketegangan mereda jelang pertemuan antara AS dan Tiongkok.
Selain rupiah, mata uang lain yang menguat terhadap dolar AS adalah yen Jepang dan baht Thailand. Keduanya menguat tipis masing-masing 0,06% dan 0,04%. Sementara, mayoritas mata uang Asia lainnya justru melemah.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar dolar Hong Kong dan Singapura terhadap dolar AS tercatat melemah tipis 0,01%, won Korea Selatan melemah 0,61%, dan peso Filipina melemah 0,2%. Kemudian, rupee India tercatat melemah 0,24%, yuan Tiongkok melemah tipis 0,04%, dan ringgit Malaysia melemah tipis 0,02%.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, kabar adanya pertemuan AS dan Tiongkok menjadi sentimen yang menopang pergerakan rupiah.
"Akan ada pertemuan yang berlangsung di Hawai hari ini antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan pejabat tinggi Tiongkok," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id, Rabu (17/6).
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo rencananya akan berdiskusi dengan pejabat tinggi Tiongkok di Hawai, AS. Ini adalah pertemuan pertama kedua perwakilan negara setelah ketegangan yang terus terjadi karena asal usul Covid-19 dan gerakan protes yang terjadi di Hong Kong.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah bergerak menguat pada perdagangan Selasa (16/6), hingga menyentuh level Rp 14.090 per dolar AS. Penguatan rupiah utamanya ditopang oleh kepercayaan pelaku pasar terhadap kembali bergeraknya roda ekonomi Indonesia.
(Baca: Rupiah Menguat ke 14.090 per Dolar AS Masih Imbas Mal & Kantor Dibuka)
Di sisi lain, Ibrahim mengungkapkan bahwa rupiahjuga terbawa angin segar dari kebijakan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed), yang memperluas pembelian surat sebagai bagian dari skema stimulus yang sudah diumumkan.
Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di level Rp 13.950-14.150 per dolar AS, dengan kecenderungan menguat.
Belakangan ini, hubungan dua negara adidaya tersebut memang kian memanas. Tiongkok menghentikan impor kedelai dan daging babi dari AS, sebagai balasan atas tindakan Presiden AS Donald Trump yang menghapus status khusus Hong Kong. Penghentian impor akan dilakukan perusahaan BUMN Tiongkok, yakni Cofco dan Sinograin.
Meskipun begitu, perusahaan swasta masih bisa mengimpor dua produk tersebut dari AS. Seorang sumber pemerintah Tiongkok mengatakan kepada Reuters, bila AS tetap melanjutkan proses penghapusan status khusus Hong Kong maka Beijing bisa menghentikan impor seluruh produk pertanian AS.
Keputusan Tiongkok ini bertentangan dengan perjanjian fase pertama yang ditandatangani dengan AS Januari 2020. Perjanjian ini pun terancam batal.
Tiongkok saat itu sepakat untuk membeli barang AS senilai US$ 200 miliar. Termasuk di dalamnya pembelian produk pertanian dan makanan laut senilai US$ 32 miliar.
Untuk mencapai kesepakatan itu, Tiongkok dan AS memasang target setiap tahun. Untuk produk pertanian senilai US$ 12,5 miliar di tahun pertama dan dilanjutkan dengan US$ 19,5 miliar di tahun setelahnya.
(Baca: Nilai Tukar Rupiah Menguat Usai The Fed Putuskan Menambah Stimulus)