Menguat ke 14.410 per Dolar AS, Rupiah Paling Kuat di Asia

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Ilustrasi. Rupiah menguat tipis di tengah mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS.
8/7/2020, 16.56 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot sore ini, Rabu (8/7) menguat 0,21% ke level Rp 14.410 per dolar Amerika Serikat. Penguatan rupiah lebih disebabkan oleh faktor teknikal.

Rupiah menguat terhada dolar AS bersama dolar Taiwan yang naik 0,13%, won Korea Selatan 0,01%, peso Filipina 0,07%, dan ringgit Malaysia 0,05%. Sementara mayoritas mata uang Asia justru melemah.

Mengutip Bloomberg, yen Jepang turun 0,06%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,07%, rupee India 0,11%, yuan Tiongkok 0,05%, dan baht Thailand 0,03%.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate juga  menempatkan rupiah pada level Rp 14.460 per dolar AS. Angka tersebut dipublikasikan Bank Indonesia pada pukul 10.00 WIB.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan bahwa data ekonomi global maupun domestik masih minim saat ini. "Sehingga ini hanya pergerakan teknikal," ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Rabu (8/7).

(Baca: Kasus Corona di AS Tembus 3 Juta, Lonjakan Terjadi di 24 Negara Bagian)

Dari sisi fundamental, belum ada berita terbaru yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar.  Namun, dolar AS cenderung melemah belakangan ini.

Adapun saat berita ini ditulis, indeks dolar AS naik 0,11% ke level 96,99. Mata uang Negeri Paman Sam juga cenderung menguat terhadapa mata uang negara G-10 seperti terhadap euro menguat 0,03%, pound Inggris 0,25%, dolar Australia 0,22%, dolar Kanada 0,04%, dan franc Swiss 0,05%.

Meski menguat hari ini, Lukman memperkirakan rupiah berpotensi melemah pada esok hari menuju Rp 14.700 per dolar AS. "Jadi masih akan bergerak naik turun dengan tendensi melemah," kata dia.

(Baca: Pecahkan Rekor, Positif Corona di RI Melonjak 1.853 Kasus)

Sementara itu, Analis HFX Berjangka Ady Phangestu menilai sentimen pelaku pasar saat ini kembali memburuk. Ini terlihat dari bursa saham global yang melemah kembali, mulai dari Eropa dan AS kemarin dan di Asia pagi ini. "Sentimen pelaku pasar memburuk dikarenakan virus gelombang kedua," ujar Ady kepada Katadata.co.id di waktu yang berlainan.

Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah korban meninggal yang signifikan. Hal tersebut setelah terjadi akselerasi penambahan kasus penyakit akibat virus pada bulan Juni lalu.

Melansir laman Worldometers, kasus kematian global akibat Covid-19 mencapai 547.120 orang dari jumlah kasus positif 11,97 juta.  Dengan demikian angka kematian sudah 4,57% dari total kasus. Sementara di Indonesia, tambahan kasus baru corona secara harian kembali mencetakkan rekor pada hari ini sebanyak 1.853 kasus. Perkembangan kasus dapat dilihat dalam databoks di bawah ini. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria