Investasi Sektor Industri Semester I Tumbuh 24%, Terbesar Logam Dasar

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Pekerja melakukan uji coba pada mesin pengolah makanan otomatis buatannya sebelum di ekspor ke Australia, Myanmar dan Malaysia di sebuah industri manufaktur sub sektor mesin di Purwantoro, Malang, Jawa Timur, Selasa (23/6/2020).
28/7/2020, 21.35 WIB

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat realisasi investasi dari seluruh sektor industri pada semester I 2020 mencapai Rp 129,6 triliun. Capaian tersebut naik 23,9% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 104,6 triliun.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita membeberkan, kontribusi terbesar investasi yakni sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dengan realisasi investasi mencapai Rp 45,2 triliun. Kemudian industri makanan menyusul dengan Rp 26,6 triliun, dan industri kimia dan farmasi Rp 19,5 triliun.

"Industri mineral non-logam merealisasikan investasinya sebesar Rp 6,1 triliun, disusul industri kendaraan bermotor dan alat transportasi sekitar Rp 6 triliun," kata Agus dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Selasa (28/7).

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sektor industri memberikan kontribusi signifikan terhadap perolehan devisa pada periode Januari-Juni 2020, dengan menyumbang 32,2% dari total nilai investasi yang tercatat sebesar Rp 402,6 triliun.

Menurut Agus, peningkatan realisasi modal dari sektor industri ini menunjukkan Indonesia masih menjadi negara tujuan utama untuk dijadikan basis produksi para investor dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Agus mengatakan bahwa Kemenperin akan terus berupaya menggaet investor yang potensial menanamkan modalnya di Tanah Air termasuk relokasi pabrik.

Oleh karena itu, dibutuhkan penciptaan iklim investasi yang kondusif, di antaranya dengan memfasiltasi kemudahan izin usaha serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal. Adapun sektor-sektor yang menjadi incaran, antara lain industri padat karya, substitusi impor, dan berteknologi tinggi.

“Kami mendorong investasi ini untuk memproduksi barang-barang pengganti-impor serta meningkatkan penggunaan bahan baku yang diproduksi secara lokal setengah jadi,” katanya.

Sementara itu, Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) menyatakan sampai Juni tahun 2020, sebanyak 50 investor atau perusahaan sudah masuk ke kawasan industri yang ada di Indonesia.

Ketua Umum HKI yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar menjelaskan, investor dari luar negeri mendominasi daftar tersebut.

Sanny merinci, 50 investor tersebut masuk ke 17 kawasan industri di Indonesia dengan luas lahan yang dipakai mencapai 139,31 hektare (ha). “Sebanyak 29 investor kategori PMA, dan 21 investor kategori PMDN,” kata Sanny.

Sebanyak 29 investor asing (PMA) menempati 99,44 hektare lahan dan 21 investor domestik (PMDN) menggunakan 44,87 hektare. Dilihat asal negaranya, dari 29 investor asing yang masuk ke Indonesia, 10 investor berasal dari Korea Selatan, 7 investor Jepang, 3 investor Tiongkok, dan 1 investor Amerika Serikat (AS).

Bisnis yang dominan dibuka oleh para investor baru ini tersebar di beberapa sektor mulai dari otomotif dan turunannya. Kemudian sektor makanan, logistik, kimia, dan industri manufaktur lainnya.

Sebagai informasi, selama lima tahun terakhir, terjadi peningkatan pengembangan kawasan industri dari sisi jumlah dan luasannya. Hingga saat ini, di Indonesia terdapat sebanyak 112 kawasan industri dengan total luas lahan sebesar 52 ribu ha.

Menurut data Kemenperin, terjadi peningkatan sebesar 40% jumlah kawasan industri. Sedangkan luasnya meningkat 16,24 ribu ha.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto