Rupiah Menguat Tipis di Tengah Melemahnya Mayoritas Mata Uang Asia

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Ilustrasi. Rupiah menguat tipis di tengah mayoritas mata uang Asia yang melemah.
4/8/2020, 17.09 WIB

Anjloknya pertumbuhan ekonomi AS dipengaruhi oleh terpukulnya konsumsi rumah tangga yang merosot 25%. Padahal sumbangannya terhadap produk domestik bruto  AS mencapai 67%. Konsumsi jasa menjadi yang paling terpuruk. Sementara konsumsi lain yang turun adalah kesehatan dan barang-barang seperti pakaian dan alas kaki. Tingkat konsumsi AS di kuartal II lebih rendah dibandingkan kuartal I yang sebesar 7,6%.

Penyebabnya adalah kebijakan karantina wilayah atau lockdown oleh pemerintah AS sejak Maret lalu. Pada kuartal I konsumsi barang tahan lama anjlok 16,1% dan konsumsi jasa anjlok 10,2%.

Tertekannya konsumsi masyarakat AS juga terlihat dari pertumbuhan pengeluaran pribadi yang anjlok US$ 1,57 triliun. Penyebabnya adalah karena penurunan drastis pengeluaran untuk sektor jasa. Penyebab lainnya adalah karena jumlah pengangguran yang tinggi.

Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS menyatakan tingkat pengangguran Juni sebesar 11,1% atau terbesar sejak 1940. Departemen Ketenagakerjaan AS juga mencatat 1,5 juta orang telah mendaftar untuk mendapatkan stimulus pengangguran per Juni. Lebih tinggi dibandingkan rekor sebelumnya sebanyak 700 ribu orang pada 1982.

Kondisi tersebut diperparah dengan anjloknya indeks harga konsumen sebesar 1,5% dibandingkan kuartal I 2020 yang meningkat 1,4%. Indeks ini merupakan indikator penting dari inflasi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, tidak termasuk makanan dan energi turun 1,9% setelah naik 1,3% di kuartal I.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria