Waspadai Deflasi Beruntun, DPR Minta BI Buat Stress Test Ekonomi

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/pras.
Ilustrasi. Bank Indonesia memproyeksikan inflasi pada September hanya mencapai 0,01% berdasarkan survei pemantauan harga hingga pekan ketiga.
28/9/2020, 20.25 WIB

Gubernur BI Perry Warjinyo menuturkan bahwa pihaknya akan mengkaji keperluan stress test terkait kondisi perekonomian yang sedang dilanda deflasi. Inflasi yang rendah dinilai terjadi karena permintaan domestik yang belum kuat.

Kendati demikian, permintaan domestik yang belum kuat tersebut dijelaskan dia akibat masih adanya pembatasan aktivitas ekonomi saat ini. "Sehingga meski moneter dan fiskal sudah beri kebijakan belum bisa terlihat," ujar Perry.

Meski begitu, Perry meyakini perekonomian RI saat ini semakin membaik. Inflasi akan tetap terjaga di level 2%-4%.

Perekonomian RI mengalami deflasi dua bulan berturut-turut yakni 0,1% pada Juli 2020 dan 0,05% pada Agustus 2020. Namun, BI memproyeksikan terjadinya inflasi sebesar 0,01% pada September 2020.

Perkiraan tersebut berdasarkan perkembangan harga pada minggu keempat bulan ini. Dengan demikian, perkiraan inflasi September 2020 secara tahun kalender sebesar 0,95% dan secara tahunan sebesar 1,48%.

Penyumbang utama inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas minyak goreng sebesar 0,02%, bawang putih dan cabai merah masing-masing sebesar 0,01%. Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras 0,04%, daging ayam ras 0,02%, bawang merah 0,02%, jeruk, cabai rawit, dan emas perhiasan masing-masing 0,01%.

Pengamat Ekonomi Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi menjelaskan kemungkinan inflasi tipis di bulan September 2020 terjadi karena adanya perbaikan daya beli karena pembukaan kembali beberapa sektor ekonomi. Selain itu, penyaluran bantuan langsung tunai dan bantuan sosial turut mengerek inflasi.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria