Dana Moneter Internasional atau IMF kembali memangkas proyeksi ekonomi Indonesia tahun ini. Dalam laporan terbarunya, perekonomian RI diperkirakan minus 1,5%, lebih buruk dari proyeksi pada bulan Juni lalu yang masih tumbuh 0,3%.
"Semua negara emerging markets dan berkembang memang akan terkontraksi tahun ini, termasuk India dan Indonesia yang terus mencoba mengendalikan pandemi," tulis IMF dalam laporan berjudul "A Long and Difficult Ascent" yang dirilis Selasa (13/10) waktu Washington DC.
Kendati demikian, IMF memperkirakan ekonomi RI pada tahun depan akan tumbuh positif hingga 6,1%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 6%. Lembaga ini juga memproyeksi inflasi pada tahun ini akan terkendali pada kisaran 2,1%, bahkan lebih rendah pada tahun depan hanya 1,6%.
Neraca transaksi berjalan diperkirakan defisit 1,3% pada tahun ini dan 2,4% pada tahun 2021. Tingkat pengangguran akan berada di level 8% tahun ini dan menurun menjadi 6,8% pada 2021.
Sementara di bidang fiskal, IMF menilai pelebaran defisit fiskal sesuai dengan stimulus besar yang dikucurkan pemerintah. Indonesia diperkirakan mampu mengembalikan defisit fiskal di bawah 3% pada 2023.
Proyeksi ekonomi Indonesia yang lebih buruk dari ramalan Juni 2020 tak seiring dengan kondisi global. IMF memproyeksikan kontraksi ekonomi global sebesar 4,4%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2%.
Konselor Ekonomi dan Direktur Riset IMF Gita Gopinath menagtakan revisi tersebut mencerminkan hasil PDB kuartal kedua yang lebih baik dari yang diantisipasi yang sebagian besar dalam ekonomi maju. Di mana, aktivitas mulai meningkat lebih cepat dari yang diharapkan setelah penguncian diperkecil di bulan Mei dan Juni, serta indikator yang lebih kuat pemulihan di kuartal ketiga/
IMF turut memproyeksikan 90 juta orang akan jatuh dalam kemiskinan ekstrim akibat pandemi. Selain itu, penutupan sekolah selama pandemi menimbulkan tantangan baru yang signifikan dapat memperlambat akumulasi modal manusia.
Untuk tahun depan, IMF memproyeksi pertumbuhan global diproyeksikan 5,2%. Namun, ekonomi global diperkirakan akan melambat secara bertahap 3,5% dalam jangka menengah.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 diprediksi berada di antara minus 2% hingga 1%. Namun, perekonomian akan mulai memasuki masa pemulihan pada 2021 dan tumbuh 4,4%.
Perbaikan tersebut dengan asumsi kurva infeksi Covid-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai prospek penemuan dan produksi vaksin.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini negatif 0,6% hingga 1,7%. Ini karena ada kemungkinan pertumbuhan negatif masih akan berlangsung pada kuartal IV 2020. "Namun akan kami usahakan bisa mendekati positif atau 0%," ujar Sri Mulyani pada bulan lalu.
Dia memerinci, konsumsi rumah tangga seluruh tahun kemungkinan berada di antara negatif 1% hingga 2,1% , konsumsi pemerintah masih bisa bertumbuh 0,6% hingga 4,8%, PMTB kontraksi 4,4% hingga 5,6%. Lalu, ekspor minus 5,5% hingga 9%, dan impor terkontraksi 11,7% hingga 17,2%.