Ketahanan pangan menjadi salah satu fokus utama pemerintah pada tahun depan, terutama seiring meningkatnya ancaman krisis pangan dunia akibat Pandemi Covid-19. Anggaran yang akan dikucurkan untuk mendukung fokus ini mencapai Rp 99 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pandemi yang berkepanjangan dapat menyebabkan krisis pangan, terutama jika terjadi gangguan pada rantai pasokan dan logistik. Untuk itu, ketahanan pangan menjadi sangat penting terlebih bagi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk mencapai 260 juta orang dengan wilayah geografis yang luas.
Salah satu yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan anggaran untuk ketahanan pangan. Anggaran tersebut dialokasikan pada sejumlah kementerian/lembaga, termasuk subsidi pupuk dan aktivitas lainnya.
"Anggaran tidak hanya di Kementerian Pertanian atau Kementerian Perikanan dan Kelautan, tetaoi ada juga di kementerian lain untuk irigasi dan pemerintah daerah dalam bentuk pangan," kata Sri Mulyani dalam Webinar Jakarta Food Security Summit atau JFSS-5, Rabu (18/11).
Peningkatan anggaran antara lain dilakukan untuk mendukung program produktivitas pangan dan food estate. Ia pun memastikan program-program yang dijalankan untuk mendukung ketahanan pangan akan terus dievaluasi.
Selain meningkatkan produktivitas, pemerintah juga akan menjaga stok beras guna mencapai ketahanan pangan. Beras merupakan makanan pokok warga Indonesia sehingga stabilitasnya perlu dijaga baik dari sisi ketersediaan atau kualitasnya.
"Stok kita adalah antara 18% sampai 20%. Konsep stok ini menjaga ketersediaan dari konsumsi seluruh penduduk," ujar dia.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani mengatakan untuk mendorong dan mewujudkan ketahanan pangan nasional, dibutuhkan kebijakan pemerintah yang konsisten. "Apalagi dalam masa dan pascapandemi," kata Rosan dalam kesempatan yang sama.
Dia pun berharap Indoensia bisa menjadi lumbung untuk memenuhi kebutuhan pangan domestik dan dunia. Hal tersebut seiring sektor pangan yang masih mampu tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19. lainnya.
Rosan menuturkan sektor pertanian perlu diproritaskan terutama karena mengingat tingginya pertumbuhan sektor ini di tengah pandemi. Sektor pertanian juga mampu mengurangi jumlah pengangguran terbuka. "Sektor ini juga leading sector dalam pencapaian tujuan pembangunan dan wujudkan kesejahteraan manusia dan planet bumi," ujarnya.
Pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi salah satu dari tujuh lapangan usaha yang tumbuh positif pada kuartal III 2020. Pertumbuhannya sebesar 2,15% secara tahunan.
Kontribusi pertanian, kehutanan, dan perikanan juga terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto mencapai 14,68%. Sektor ini hanya di bawah industri pengolahan yang berkontribusi 19,86%, tapi pertumbuhannya terkontraksi 4,31% secara tahunan. Hal ini menunjukkan sektor pertanian menjadi salah satu sektor pengungkit utama ekonomi di kuartal III tahun ini.
Pertanian juga menjadi satu-satunya sektor dengan tren kenaikan pada ekspor sejak Mei hingga Oktober tahun ini. Pertumbuhan di Oktober mencapai 23,80% secara tahunan dengan nilai US$ 0,42 miliar.
Badan Pusat Statistik pun mencatat serapan tenaga kerja pertanian paling tinggi per Agustus 2020. Dari 128,45 juta orang penduduk bekerja, 29,76% berada di sektor ini, tumbuh 2,23% secara tahunan. Lebih tinggi dari perdagangan dan industri pengolahan yang proporsinya masing-masing 19,23% dan 13,61%.