Rupiah Melemah 0,15% dalam Sepekan Meski Modal Asing Masuk Rp 3,8 T

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi. Aliran modal asing masuk melalui pasar surat berharga negara (SBN) Rp 3,39 triliun dan pasar saham Rp 420 miliar.
19/3/2021, 18.34 WIB

Nilai tukar rupiah melemah 0,15% sepanjang pekan ini dan ditutup di level Rp 14.407 per dolar AS pada Jumat (19/3). Rupiah loyo meski terdapat aliran modal asing yang masuk ke Tanah Air Rp 3,81 triliun dalam minggu ini.

Selain di pasar spot, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga menunjukan pelemahan pada rupiah 0,73%. JISDOR merupakan harga spot nilai tukar rupiah per dolar AS yang disusun berdasarkan kurs transaksi antar bank di pasar valuta asing RI dan dipublikasikan Bank Indonesia setiap pukul 10.00 WIB.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono memerinci, aliran modal asing masuk melalui pasar surat berharga negara (SBN) Rp 3,39 triliun dan pasar saham Rp 420 miliar. "Berdasarkan data setelmen selama 2021 sampai 18 Maret, terdapat modal asing keluar Rp 11 triliun," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (19/3).

BI turut mencatat, imbal hasil atau yield SBN RI 10 tahun naik dari 6,75% pada penutupan pasar kemarin sore menjadi 6,85% pada pagi ini. Ini seiring yield surat berharga AS tenor 10 tahun yang juga naik ke level 1,71%.

Sementara itu, premi risiko investasi alias credit default swap (CDS) RI lima tahun turun dari 79,8 basis poin per 12 Maret 2021 menjadi 75,54 bps pada 18 Maret 2021. Semakin kecil skor CDS maka risiko berinvestasi di surat berharga suatu negara semakin rendah dan sebaliknya.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan rupiah melemah di tengah arus modal asing masuk ke portofolio Indonesia karena keperkasaan indeks dolar AS. Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS tercatat naik 0,24% selama satu pekan ini. "Imbal hasil obligasi AS semakin meningkat karena optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam," ujar Faisyal kepada Katadata.co.id, Jumat (19/3).

Optimisme pasar semakin meningkat di tengah upaya vaksinasi dan stimulus yang masif di Negeri Adidaya. Aset keuangan di Negeri Paman Sam kini semakin menarik di mata investor.  "Dengan demikian, hal tersebut akan kembali mendominasi penguatan dolar AS pada pekan depan," katanya.

Ia pun memperkirakan adanya kemungkinan aliran modal asing keluar dari pasar keuangan RI pada pekan depan sehingga membuat rupiah kembali tertekan terhadap dolar AS.

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini meningkat seiring stimulus jumbo US$ 1,9 triliun yang berlaku sejak Rabu (17/3). Selain itu, terdapat pula rencana tambahan stimulus fiskal sebesar US$ 2 triliun pada kuartal IV 2021. "Ini akan menopang ekonomi global yang diperkirakan tumbuh 5,1%," kata Perry dalam Konferensi Pers usai Rapat Dewan Gubernur bulan Maret 2021, Kamis (18/3).

Tak hanya BI, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) turut meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 5,6% pada Maret 2021, dari sebelumnya 4,2% pada Desember 2020. Peningkatan didorong potensi percepatan pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam.

Berdasarkan survei Pew Research Center, sebanyak 70% responden penduduk dewasa AS setuju dengan kebijakan stimulus fiskal terbaru. Sementara responden berpendapatan rendah paling banyak menyatakan dukungannya, yakni 82%. Stimulus diprediksi mampu meningkatkan produksi AS sekitar 3-4% pada tahun pertamanya, serta menciptakan tiga juta lapangan kerja.

Namun, stimulus pemerintah akan membantu pemulihan ekonomi jika diimbangi dengan masifnya program vaksinasi Covid-19. AS sendiri sudah menyuntikkan vaksin dosis pertama kepada 20,9% populasi dan dosis kedua terhadap 11,2% populasi hingga 14 Maret 2021. Proporsi itu termasuk yang tertinggi di dunia.

Reporter: Agatha Olivia Victoria