Perekonomian Indonesia berpotensi melonjak hingga 6% pada kuartal kedua tahun ini. Meski demikian, Ekonom Chatib Basri mengarakan, pertumbuhan tersebut tak bisa diklaim sebagai pemulihan ekonomi.
"Ini hanya permasalahan statistik," kata Chatib dalam acara Indonesia Data and Economic Conference 2021 yang bekerja sama dengan Barito Pacific, Kamis (25/3).
Mantan Menteri Keuangan ini menyebut, kenaikan pertumbuhan lebih disebabkan oleh anjloknya angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 yang minus 5,3%. Sementara untuk kuartal I 2021, menurut dia, ekonomi yang berpotensi masih negatif juga belum tentu mengindikasikan bahwa tidak terjadi pemulihan. "Karena itu perbandingan tahunan dan pada kuartal I 2020 sebelum ada Covid-19," ujar dia.
Menurut Chatib, lebih baik melihat angka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun ini. Pemerintah memproyeksikan ekonomi tumbuh 4,5-5,3% pada 2021, membaik dari kontraksi 2,07% pada tahun lalu.
Chatib menilai ekonomi Indonesia tidak akan dapat beroperasi 100% selama pandemi masih berlangsung. Jika dalam lima tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh 5%, maka ekonomi hanya mampu tumbu maksimal 4% selama pandemi, dengan asumsi perekonomian hanya dapat berjalan 80%.
Ia juga mengingatkan jika ekonomi tumbuh 5% secara tahunan pada 2021, maka pertumbuhannya hanya mencapai 3% dibandingkan sebelum pandemi. "Ini karena dasarnya tahun lalu minus 2%. Harus dilihat secara seimbang," katanya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap pemulihan ekonomi mulai terjadi pada kuartal II 2021. "Kemungkinan pertumbuhan ekonominya bisa pulih lebih jauh karena basisnya tahun lalu sudah menurun di level kontraksi 5,3%," kata Sri Mulyani dalam acara yang sama.
Dia menjelaskan bahwa ekonomi belum bisa pulih pada kuartal I 2021 karena pertambahan kasus corona di Tanah Air yang sempat melonjak usai libur Natal dan Tahun Baru. Akibatnya, pemerintah pun menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang saat ini berubah menjadi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
"Pasti ada konsekuensinya dan kami harapkan tidak terlalu besar," ujarnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menegaskan bahwa pemulihan ekonomi melalui fiskal akan terus dilakukan secara agresif. Dengan demikian, momentum pertumbuhan ekonomi bisa terjadi samapai akhir tahun.
Kendati demikian, ia menilai Indonesia tidak boleh hanya sekedar pulih dari pandemi namun harus tumbuh lebih kuat. Dengan begitu, pemulihan tidak dilakukan hanya dari sisi permintaan dan pasokan, tetapi melalui reformasi ekonomi secara fundamental.
Reformasi yang dimaksud yakni melalui penerapan Undang-Undang Cipta Kerja, pembentukan Lembaga Pengelola Investasi, perbaikan kondisi Badan Usaha Milik Negara, hingga menciptakan kenyamanan berbisnis di Indonesia. "Waktu ini diceritakan ke dunia internasional, mereka sangat kagum Pemerintah Indonesia bisa menangani pandemi dan melakukan reformasi fundamental," katanya.
The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:
Reimagining Indonesia’s Future
Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!