Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,14% ke level Rp 14.430 per dolar Amerika Serikat pada pasar spot pagi ini, Jumat (30/4). Rupiah menguat usai mendapat kabar baik dari data pertumbuhan ekonomi AS yang mencapai 6,4% pada kuartal pertama 2021.
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak melemah dari posisi pembukaan ke Rp 14.449 per dolar AS hingga pukul 09.40 WIB. Mayoritas mata uang Asia pun menguat. Yen Jepang yang naik 0,12%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,06%, peso Filipina 0,35%, rupee India 0,44%, yuan Tiongkok 0,05%, dan baht Thailand 0,01%. Sedangkan dolar Taiwan, won Korea Selatan, dan ringgit Malaysia melemah masing-masing 0,19%, 0,04%, dan 0,02%.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, imbal hasil atau yield obligasi AS terlihat menguat kembali. "Penyebabnya karena data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama AS dirilis lebih baik dari sebelumnya yakni tumbuh 6,4% secara kuartalan," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (30/4).
Dia mengatakan, yield surat utang Negeri Paman Sam pada pagi ini bergerak di kisaran 1,64% setelah sebelumnya berada di kisaran 1,61%. Kenaikan imbal hasil ini, menurut dia, berpotensi mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah.
Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS terlihat naik tipis 0,01% ke level 90.62. Dolar AS juga masih terlihat loyo jika dibandingkan mata uang utama seperti euro, pound Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, namun menguat jika dibanding franc Swiss.
Selain itu, Ariston berpendapat bahwa musim dividen di bursa saham Indonesia bisa memicu pelemahan nilai tukar rupiah karena kebutuhan dolar AS yang tinggi untuk pembayaran dividen. "Rupiah bisa kembali ke kisaran Rp 14.500 dengan potensi support di sekitar Rp 14.430 per dolar AS," ujar dia.
Bloomberg melaporkan, akeselerasi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam ditopang oleh belanja konsumsi yang melonjak 10,7% secara tahunan, tercepat kedua sejak 1960. Nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang disesuaikan dengan inflasi naik ke US$ 19,1 triliun, menunjukkan produk domestik bruto akan segera melampaui puncak pra-pandemi US$ 19,3 triliun.
Pemulihan ekonomi Amerika yang cepat didorong oleh meningkatnya vaksinasi, pertumbuhan pekerjaan yang lebih cepat, dan dua putaran pembayaran stimulus federal untuk meningkatkan pengeluaran rumah tangga. Pemerintah AS mencabut pembatasan aktivitas sehingga membantu kenaikan permintaan konsumen, termasuk untuk belanja rekreasi dan pariwisata yang sejak lama terpukul.
Sejumlah data, termasuk pemesanan restoran dan perjalanan udara melesat. Permintaan terpendam yang terlihat mendorong pertumbuhan yang sangat besar tahun ini mendorong harga melonjak di saat yang sama. Produsen mengalami kekurangan bahan dan tantangan rantai pasokan.
Di sisi lain, laju pengeluaran pemerintah melonjak pada tingkat tahunan 6,3%, tercepat sejak 2002 dan cerminan dari stimulus federal. Pengeluaran non-pertahanan secara tahunan juga naik terbesar sejak 1963.