Pertumbuhan Ekonomi Papua Maluku Tertinggi, Capai 8,75% pada Kuartal 2
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 mencapai 7,07%, Papua dan Maluku mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 8,75%.
"Ekonomi Maluku dan Papua 8,75% secara year-on-year, tetapi kontribusinya 2,41% terhadap PDB," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Kamis, (5/8).
Ekonomi wilayah paling timur Indonesia ini menjadi satu-satunya yang tumbuh positif pada kuartal kedua tahun lalu mencapai 2,36%. Padahal, ekonomi nasional saat itu terkontraksi hingga 5,32%.
Maluku dan Papua juga berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi 1,44% pada sepanjang tahun lalu di tengah kontraksi ekonomi nasional 2,07%. Ekonomi wilayah ini disumbang oleh aktivitas pertambangan.
Sementara itu, Pulau Jawa yang memberikan kontribusi ekonomi terbesar mencapai 57,92% secara nasional tumbuh 7,88%. Sumatera yang memberikan kontribusi terbesar kedua 21,73% tumbuh 5,27%.
Di sisi lain, ekonomi Kalimantan tumbuh 6,28% dengan kontribusi 8,21%, Sulawesi berhasil tumbuh 8,51% dengan kontribusi 6,88%, sedangkan di Bali dan Nusa Tenggara tumbuh paling kecil 3,71% dengan kontribusi 2,85%.
Sementara jika mengacu pada besaran kontribusi setiap pulau terhadap pertumbuhan nasional secara persentase, pulau Jawa menyumbang 4,6% terhadap pertumbuhan 7,07% nasional. Disusul wilayah Sumatera 1,13%, Sulawesi 0,56%, Kalimantan 0,52%, Maluku dan Papua 0,21% serta Bali dan Nusa Tenggara hanya 0,11%.
Meski begitu, jika membandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua dari kuartal pertama 2021, perkeonomian di Papua dan Maluku tumbuh paling lambat hanya 0,26%. Sebaliknya, perekonomian Bali dan Nusa Tenggara jadi salah satu yang tertinggi di bawah Sulawesi.
Perekonomian Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 5,85% secara quartal to quartal (qtq) dan Sulawesi sebesar 6,28%. Sementara pertumbuhan ekonomi Jawa, Sumatera dan Kalimantan, masing-masing 1,03%, 2,34% dan 2,51% secara qtq.
Margo menjelaskan, terdapat sejumlah indikator yang mempengaruhi pertumbuhan signifikan pada pereknomian kuartal kedua. Ini didorong terutama karena adanya kontraksi ekonomi yang cukup dalam pada kuartal kedua tahun lalu. Ekonomi pada kuartal kedua 2020 minus 5,32% akibat pemberlakuan PSBB yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga.
Pola pertumbuhan ekonomi tahun-tahun sebelumnya juga selalu menunjukkan penguatan memasuki kuartal kedua. Kondisi ini terjadi kecuali pada 2020, yang anjlok dalam
Selain itu, perbaikan juga didorong oleh kinerja ekspor impor yang kinclong sepanjang periode yang sama. Beberapa mitra utama ekpsor Indonesia seperti Tiongkok, Amerika Serikat dan Singapura juga mulai mengalami perbaikan ekonomi. Ekspor Indonesia meningkat 55,89% secara tahunan dan 10,36% dibandingkan kuartal pertama 2021.
"Ekonomi beberapa negara mitra pada kuartal kedua juga positif. Tiongkok tumbuh 7,9%, Amerika Serikat 12,2%, Singapura 14,3%, Korea Selatan tumbuh 5,9%," ujarnya.
Selain itu, aktivitas industri pengolaha domestik juga mulai menggeliat. Hal ini, kata dia, turut tercermin dari peningkatan nilai impor terutama bahan baku dan pendukung. Impor RI pada kuartal kedua 2021 naik 50,21% secara tahunan dan 9,98% dibandingkan kuartal pertama 2021.
Namun, pertumbuhan 7,07% secara yoy pada kuartal II belum menunjukkan adanya perbaikan signifikan. Hal ini terindikasi dari masih rendahnya pertumbuhan ekonomi dari kuartal pertama 2021 yang hanya tumbuh 3,31%. Ini menurut Margo masih belum mencapai rata-rata pertumbuhan sebelum 2020 yang selalu di atas 4%.