Jokowi Targetkan Angka Kemiskinan Tahun Depan Turun di Bawah 10%

ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.
Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat tingkat kemiskinan periode Maret 2021 sebesar 10,14%, atau terdapat 27,54 juta penduduk miskin.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
16/8/2021, 12.42 WIB

Presiden Joko Widodo  mematok target penurunan tingkat kemiskinan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2022 di kisaran 8,5% hingga 9,0%. Angka pengangguran terbuka juga diharapkan turun di kisaran 5,5% hingga 6,3%.

"Berbagai kebijakan belanja negara harapkan dapat mendorong tercapainya sasaran pembangunan pada tahun 2022, yakni tingkat pengangguran terbuka 5,5-6,3%, tingkat kemiskinan di kisaran 8,5-9,0%, dengan penekanan pada penurunan kemiskinan ekstrem." kata Jokowi dalam Pidato RAPBN 2022 dalam Sidang Tahunan MPR, Senin (16/8).

Pemerintah juga mematok target rasio gini alias ketimpangan yang juga lebih rendah di kisaran 0,376 hingga 0,378. Selain itu, Indeks pembangunan manusia (IPM) ditargetkan bisa naik ke kisaran 73,41 hingga 73,46.

Berbagai target pembangunan tersebut lebih optimistis dibandingkan realisasi tahun ini. Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat tingkat kemiskinan periode Maret 2021 sebesar 10,14%, atau terdapat 27,54 juta penduduk miskin. Jumlahnya mengalami pengurangan tipis 10 ribu jiwa dari periode September, namun ada catatatan kenaikan 1,12 juta jika dibandingkan Maret 2020.

Laporan angka kemiskinan bulan Maret menunjukkan, angka kemiskinan di perkotaan masih menunjukkan kenaikan 0,01% dan sebaliknya penurunan terjadi di pedesaan sebesar 0,1%. Kendati demikian, tingkat kemiskinan di perkotaan dan pedesaan perbandingannya masih tinggi. Tingkat kemiskinan di pedesaan sebesar 13,10%, sedangkan di perkotaan 7,89%.

Di sisi lain, target penurunan TPT tampaknya tidak begitu signifikan pasalnya belum mencapai realisasi sebelum pandemi yakni 5,23% pada periode Februari 2021. Realisasi TPT bulan Februari 2021 tercatat sebesar 6,26%, turun dari TPT Agustus 2020 yang mencapai angka 7,07%.

Pada komponen rasio gini, pemerintah tampaknya lebih optimistis lagi. Angka gini rasio maksimal 0,378 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dari realisasi Maret 2021 0,384. Padahal jika melihat periode tiga tahun terakhir, rasio gini tidak pernah turun melebihi 0,006 poin. Jika target itu tercapai, akan menjadi rekor terbaik sejak Maret 2015.

Laporan bulan Maret juga menunjukkan, rasio gini cenderung makin tinggi di masyarakat perkotaan. Secara berturut-turut dari Maret 2020, September 2020 dan Maret 2021, rasio gini di perkotaan tercatat 0,393, 0,399 dan 0,401. Sebaliknya rasio gini di pedesaan menunjukkan perbaikan pada Maret 2021 sebesar 0,315, turun dari September 2020 0,319 dan Maret 2020 0,317.

Target IPM yang disampaikan Jokowi juga akan menjadi yang tertinggi sejak 2010 apabila benar-benar terealisasi. BPS mencatat IPM tahun lalu sebesar 71,94, naik tipis dari posisi 71,91 pada tahun sebelumnya.

CORE Indonesia sebelumnya memperkirakan tingkat kemiskinan akan kembali meningkat pada rilis BPS bulan depan. Tingkat kemiskinan pada September 2021 diperkirakan mencapai 10,25% - 10,45%, tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Selain itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang akan dirilis BPS bulan ini juga diramal mengalami kenaikan. TPT akan mencapai 7,15%-7,35%, lebih tinggi dari TPT pada periode yang sama tahun lalu 7,07% dan TPT Maret 2021 6,26%.

Reporter: Abdul Azis Said