Penjualan Retail Agustus Diperkirakan Membaik Tapi Masih Terkontraksi

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Ilustrasi. Kelompok makanan, minuman dan tembakau diperkirakan masuk ke zona pertumbuhan positif pada periode Agustus.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
9/9/2021, 12.37 WIB

Survei BI menunjukkan kinerja penjualan eceran pada Juli 2021 terkontraksi cukup dalam akibat peberapan PPKM Darurat dan PPKM Level 4 sepanjang bulan tersebut. Lesunya penjualan retail terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juli 2021 yang terkontraksi 5% secara month-to-month (mtm), turun dari 198,5 menjadi 188,5. Namun, kontraksi  pada Juli sebenarnya lebih baik dibandingkan kontraksi dalam bulan sebelumnya 12,8%.

Perbaikan terutama bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Responden menyampaikan permintaan untuk kelompok ini  masih cukup baik didukung berbagai strategi seperti penjualan secara online dan pesan antar yang meningkat di tengah kebijakan pembatasan mobilitas. 

Penjualan kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi satu-satunya komponen yang mengalami perbaikan. IPR kelompok ini pada Juli 2021 terkontraksi 0,2% secara mtm, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya kontraksi dalam 15,7%.

Beberapa kelompok mencatatkan penjualan yang terkontraksi bulan Juli setelah bulan sebelumnya masih berhasil tumbuh positif. Ini diantaranya, penjualan bahan bakar kendaraan bermotor terkontraksi 22%, dari bulan sebelumnya masih mencatatkan pertumbuhan positif 9,9%. Begitu juga kelompok budaya dan rekreasi, terkontraski 2,7% dari pertumbuhan positif 0,6% pada bulan Juni.

Kemudian, jenis barang lainnya juga mengalami kontraksi yang semakin dalam setelah bulan sebelumnya tercatat tumbuh negatif. Penjualan suku cadang dan aksesoris anjlok dari kontraksi 1,5% menjadi 24,7%. Peralatan informasi dan komunikasi juga melambat dari kontraksi 0,5% menjadi 10,2%.

Selanjutnya, penjualan perlengkapan rumah tangga lainnya juga semakin terpuruk, dari kontraksi 0,8% menjadi 19,5%. Penjualan subkelompok sandang mengalami kontraksi 34,2% dari bulan sebelumnya 16,6%. Serta barang lainnya yang berubah dari kontraski 19,9% menjadi 28%.

Secara spasial, Jakarta dan Banjarmasin tampaknya paling terdampak pemberlakukan PPKM Darurat, ini terindikasi dari penjualan eceran yang melambat. Pada Juli 202, IPR Jakarta terkontraksi 11,3%, jatuh dari kontraksi 2,7% bulan sebelumnya. Begitu juga Banjarmasin yang anjlok dari kontraksi 8,9% menjadi 23,2%.

Sementara, beberapa kota lain seperti Surabaya, Medan dan Semarang menunjukkan perbaikan. Nilai IPR ketiga kota tersebut masing-masing terkontraksi 2,1%, 2,3% dan 19,9%. Capaian itu lebih baik dari kontraksi bulan sebelumnya 15,6%, 3,2% dan 26,8%.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said