Kewajiban Investasi RI Turun Jadi US$ 264,1 M Efek Pelemahan Rupiah

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Kewajiban neto investasi internasional Indonesia pada kuartal II 2021 turun dari US$ 267,5 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi US$ 264,1 miliar.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
24/9/2021, 14.28 WIB

Bank Indonesia melaporkan, kewajiban neto investasi internasional Indonesia pada kuartal II 2021 turun dari US$ 267,5 miliar pada kuartal sebelumnya menjadi US$ 264,1 miliar. Penurunan kewajiban neto disebabkan oleh kenaikan aset finansial yang antara lain ditopang oleh pelemahan rupiah. 

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, kewajiban neto investasi RI pada akhir Juni setara dengan 23,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Posisi ini turun dari 25,2% terhadap PDB pada kuartal sebelumnya.

"Penurunan kewajiban neto tersebut disebabkan oleh peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) yang lebih besar dari peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN)," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (24/9).

Posisi AFLN pada akhir kuartal II 2021 tumbuh 1,2% dari US$ 410,2 miliar pada akhir kuartal sebelumnya menjadi US$ 415 miliar. Kenaikan dikontribusikan oleh penambahan nilai transaksi aset investasi langsung dan investasi lainnya.

Peningkatan terbesar ditopang oleh aset investasi lainnya sebesar US$ 2,8 miliar, diikuti aset investasi langsung US$ 1,8 miliar, dan investasi portofolio US$ 300 juta. Sementara itu, komponen aset derivatif finansial turun US$ 12,4 juta dan posisi cadangan devisa stabil dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Kenaikan pada aset investasi lainnya disebabkan oleh peningkatan posisi piutang dagang korporasi sejalan dengan peningkatan ekspor, serta pinjaman kepada perusahaan nonafiliasi. Sementara kenaikan investasi langsung karena meningkatnya penempatan aset oleh investor domestik dalam bentuk modal ekuitas dan instrumen utang pada perusahaan luar negeri.

Erwin mengatakan, peningkatan posisi AFLN turut ditopang pelemahan dolar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia dan peningkatan indeks saham di sebagian besar negara penempatan aset.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said