Pembelaan dan Cerita Bos IMF soal Upaya Manipulasi Ranking EoDB Cina
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) yang juga mantan Kepala Eksekutif Bank Dunia Kristalina Georgieva membantah keterlibatannya dalam skandal manipulasi ranking Cina di laporan Kemudahan Berusaha atau Easy of Doing Business (EODB). Georgieva menyampaikan pembelaannya di hadapan para dewan eksekutif IMF pekan lalu menanggapi seruan banyak pihak yang memintanya untuk mengundurkan diri.
Tak hanya membantah keterlibatannya, ia menuduh kantor mantan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim di balik manipulasi itu. Georgieva bahkan mengklaim dirinya justru ikut andil memblokir proposal staf Kim yang hendak memanipulasi laporan EoDB Tiongkok dengan memasukkan data Hong Kong pada 2018. Proposal tersebut berpotensi mendongkrak peringkat Tiongkok.
Bank Dunia pekan lalu merilis laporan investigasi oleh firma hukum WilmerHale sesuai dengan permintaan komite etik lembaga tersebut. Hasil investigasi tersebut menemukan bahwa para pemimpin senior bank termasuk Georgieva menekan staf-nya untuk mengubah data demi mengerek peringkat Cina dalam laporan EoDB. Hal ini terkait dengan upaya Bank Dunia untuk mendapatkan dukungan modal dari negara berpenduduk terbesar dunia itu.
Georgieva mengatakan hasil penyelidikan Wilmer Hale yang menyebut dirinya meminta stafnya untuk meningkatkan peringkat Cina adalah kesimpulan yang salah. Upayanya untuk mencegah data Hong Kong ditambahkan ke perhitungan ranking Cina dalam laporan EODB, menurut dia, membuktikan langkahnya untuk menjaga integritas data Bank Dunia.
Ia pun menyesalkan ketidakpercayaan rekan-rekannya di Bank Dunia atas integritas data dan menyoroti masalah komunikasi.
"Tidak ada hal seperti itu yang terjadi dan tidak akan pernah terjadi hal seperti itu di bawah kepemimpinan saya," kata Georgieva seperti dikutip dari Reuters.
Ketua Komite Jasa Keuangan DPR AS Maxine Waters, pada hari Jumat (24/9) mengatakan skandal yang menjerat Georgieva sangat meresahkan. Ia memperingatkan pengaruh Tiongkok yang tidak semestinya dalam penetapan EODB dapat merusak ekosistem keuangan yang ada sekarang.
"Ini telah merusak reputasi Bank Dunia, dan juga mempertanyakan kepemimpinan IMF saat ini, di mana integritas data sangat penting untuk misinya. Serta pengaruh yang tidak semestinya untuk kepentingan diri sendiri dapat mengancam stabilitas sistem keuangan global," kata Waters.
Usai rilisnya laporan Wilmer Hale tersebut, Bank Dunia bereaksi dengan rencana untuk menyetop laporan EODB. Georgieva bersama mantan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dituduh terlibat memanipulasi data EODB Tiongkok pada tahun 2018. Peringkat kemudahan berusaha Tiongkok tidak bergesar dari urutan 78 pada tahun 2018, baru naik lagi pada tahun 2019 ke peringkat 46 dan laporan 2020 di posisi 31.
Selain Tiongkok, laporan tersebut juga mengungkap keduanya terlibat untuk menaikan peringkat Arab Saudi pada tahun yang sama. Serta peringkat Uni Emirat Arab dan Azerbaijan dalam laporan EODB tahun lalu.
Dilansir dari The Economist, kegelisahan juga muncul karena ada negara-negara yang membayar Bank Dunia untuk memberikan nasihat tentang cara menaikan peringkat Doing Bussiness. Tiongkok, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab dituding telah membayar Bank Dunia untuk memberikan nasihat untuk menaikan peringkat Doing Bussiness, yang mana dahulu dilakukan oleh staf Doing Bussiness sendiri. Layanan ini akhirnya berhenti melibatkan pejabat Doing Business pada 2019.