Menteri Keuangan Sri Mulyani mendapat anugerah Distinguished Leadership and Service Award atau Penghargaan Kepemimpinan dan Layanan dari Institut Keuangan Internasional (IIF). Sri Mulyani dinilai memberi kontribusi signifikan menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan global.
“Ini merupakan penghargaan bergengsi dari asosiasi global industri keuangan yang memiliki lebih dari 400 anggota dari 70 negara, termasuk Indonesia,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari dalam keterangan resminya, Selasa (12/10).
IIF memberikan penghargaan tersebut kepada sosok yang dinilai telah memberikan kontribusi terhadap kesehatan ekonomi dan sistem keuangan global. Penghargaan itu diberikan atas jabatan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
Penghargaan ini diberikan pada pertemuan tahunan anggota IIF di Washington D.C, Amerika Serikat yang digelar pada Senin (11/10). Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga hadir sebagai panelis pada sesi diskusi 'Pembuat Kebijakan Asia'.
Pada sesi diskusi tersebut Sri Mulyani membahas berbagai kebijakan strategis yang ditempuh Indonesia sejak pandemi. Ia memaparkan kebijakan penanganan pandemi, reformasi perpajakan termasuk pengenalan pajak karbon dan peran sektor swasta dalam pengendalian perubahan iklim.
"Dia juga menjelaskan perihal Presidensi G20 Indonesia yang akan segera serah terima dari Italia pada akhir Oktober 2021," kata Puspa.
IIF ini merupakan asosiasi industri keuangan global. Organisasi ini beranggotakan 400 orang dari lebih 70 negara. Keanggotan IIF terdiri atas bank komersial dan investasi, manajer aset, perusahaan asuransi, hingga bank sentral dan bank pembangunan.
Sebelum menerima penghargaan dari IIF ini, Sri Mulyani mendapat anugerah dari majalah Global Markets pada Oktober 2018sebagai Menteri Keuangan terbaik tahun 2018 untuk Asia Timur dan Pasifik.
Global Markets menilai Sri Mulyani layak atas penghargaan tersebut karena mampu meningkatkan performa makro ekonomi RI dengan sangat baik. Penerimaan perpajakan 2017 mampu mencapai 91% dari target, setelah dua tahun sebelumnya hanya 83% dari target.
Belanja pemerintah juga tumbuh cepat, realisasi APBN meningkat dari 73% pada 2016 menjadi 97% pada 2017, sekaligus menandai level tertinggi dalam enam tahun. Selain itu tingkat kemiskinan pun turun 0,6% sepanjang September 2016 hingga September 2017, ini diklaim sebagai penurunan terbesar dalam kurun waktu lima tahun.
Global Markets kemudian menganugerahinya trofi serupa pada tahun lalu. Ia diapresiasi salah satunya karena keputusannya memperlebar defisit APBN melebihi 3%. Ini dinilai bukan langkah yang mudah dilakukan di tengah tekanan Covid-19.
Pada 2019 Sri Mulyani juga sempat memperoleh anugerah Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik dari majalah keuangan FinanceAsia. Sri dinilai mampu menyehatkan APBN yang hanya defisit 1,76% pada tahun 2018, terendah sejak 2012.