Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan akan mencatat inflasi yang semakin kuat menuju akhir tahun. Bank Indonesia (BI) meramalkan inflasi pada November sebesar 0,16% secara month-to-month (mtm) akibat kenaikan pada harga minyak goreng dan cabai merah.
"Berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu pertama November 2021, perkembangan harga pada bulan ini tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,16% secara mtm," tulis Direktur Eksekutif Kepala Departemen komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (5/11).
Dengan perkembangan tersebut, IHK juga diramal akan inflasi 1,09% secara year-to-date (ytd), serta inflasi 1,54% secara year-on-year (yoy).
Erwin mengatakan penyumbang utama inflasi bulanan bulan ini terutama komoditas minyak goreng sebesar 0,04% secara mtm dan cabai merah sebesar 0,03%. Daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing inflasi 0,02% , serta sabun detergen bubuk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01%.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP), semua jenis minyak goreng mencatat kenaikan dua digit. Minyak goreng jenis kemasan sederhana naik 10,14% dalam sebulan terakhir menjadi Rp 16.300 per liter pada pemantauan hari ini. Harga minyak goreng curah juga naik 13,38% menjadi Rp 16.100 per liter.
Hal yang sama pada semua jenis cabai merah. Harga cabai merah besar naik 8,54% menjadi Rp 34.300 per kg. Jenis cabai merah keriting naik lebih tinggi sebesar 13,44% menjadi Rp 36.300 per kg.
Sementara itu, beberapa komoditas yang diramal mengalami deflasi, antara lain bawang merah, tomat dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,01% secara mtm.
Berdasarkan infopangan.jakarta.go.id, harga tomat buah jatuh 27% dalam sebulan menjadi 12.447 per Kg pada pemantauan hari ini. Penurunan diikuti harga bawang merah sebesar 6% menjadi Rp 29.681 per Kg.
Harga untuk semua jenis cabai rawit juga turun. Harga cabai rawit merah turun 5% menjadi Rp 30.043 per Kg. Cabai rawit hijau juga turun 8% menjadi Rp 28.511 per Kg.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga-harga mulai menunjukkan kenaikan sepanjang bulan lalu setelah deflasi 0,04% pada September. IHK pada Oktober tercatat inflasi 0,12% secara mtm, inflasi tahun kalender 0,93% dan inflasi tahunan 1,66%.
"Berdasarkan pemantauan di 90 kota, terjadi inflasi 0,12% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,53 pada September 2021 menjadi 106,66 pada Oktober 2021," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam Konferensi Pers virtual, Senin (1/11).
Margo mengatakan terjadi inflasi pada seluruh kelompok pengeluaran. Kenaikan tertinggi pada kelompok transportasi sebesar 0,33%, dengan andil 0,04% terhadap pembentukan inflasi Oktober 2021. Penyebab utama inflasi pada kelompok ini yaitu kenaikan pada harga tiket pesawat.
Selain itu, inflasi tinggi juga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,10% dan memberi andil 0,03%. Inflasi terutama disumbangkan oleh kenaikan harga cabai merah dan minyak goreng dengan andil 0,05% terhadap inflasi kelompok tersebut. Kenaikan harga daging ayam ras juga memberi andil 0,02%.
Berdasarkan komponennya, inflasi pada harga bergejolak sebesar 0,07% dengan andil 0,01%. Komponen harga diatur pemerintah tercatat inflasi 0,33% dengan andil 0,06%. Sedangkan komponen inti tercatat inflasi 0,07% dengan andil 0,05%.