Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,13% ke level Rp 14.241 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini. Rupiah diramal melanjutkan penguatan terdorong data neraca dagang Cina yang mencetak surplus besar.
Mengutip Bloomberg, rupiah terus menguat ke Rp 14.229 per dolar AS sampai pukul 10.00 WIB. Posisi ini kian menguat dari posisi penutupan kemarin Rp 14.260 per dolar AS.
Mayoritas mata uang utama Asia lainnya juga menguat terhadap dolar AS, kecuali dolar Hong Kong yang terkoreksi 0,01%. Dolar Singapura menguat 0,06% bersama yen Jepang dan Dolar Taiwna 0,18%, won Korea Selatan 0,46%, peso Filipina 0,38%, rupee India 0,58%, yuan Cina 0,04%, ringgit Malaysia 0,03% dan bath Thailand 0,5%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan bergerak menguat ke kisaran Rp 14.230 per dolar AS, dengan potensi pelemahan di level Rp 14.300. Rupiah berpotensi menguat di tengah sentmen positif terhadap pasar negara berkembang usai Cina mencatat surplus neraca dagang yang besar.
"Membaiknya surplus perdagangan Cina bulan Oktober, tertinggi selama pandemi, memberikan indikasi pemulihan ekonomi dan ini memberikan sentimen positif ke pasar," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Selasa (9/11).
Cina berhasil mencetak surplus neraca dagang sebesar US$ 84,54 miliar bulan lalu. Ini lebih besar dari surplus bulan sebelumnya US$ 66,76 miliar.
Namun, ekspor negeri tirai bambu itu sedikit melambat. Ekspor Cina pada Oktober tercatat US$ 300,2 miliar atau naik 27,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja ini lebih lambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya 28,1%, tetapi di atas perkiraan Bloomberg sebesar 22,7%. Ekspor Cina juga hanya tumbuh 1,8% dibandingkan US$ 305,74 miliar pada September.
Dari sisi impor naik 20,6% pada Oktober dari tahun sebelumnya menjadi US$ 215,68 miliar. Kinerja ini lebih baik dari pertumbuhan 17,6% pada September tetapi masih di bawah perkiraan sebesar 26,6%.
Sentimen penguatan nilai tukar juga didorong membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko, mengindikasikan gejolak tapering off tampaknya sedikit mereda. Hal ini juga terlihat dari yield US Treasury yang mulai turun di bawah 1,5%.
"Penurunan ini memberi ruang pasar beralih ke instrumen lain yang berimbal hasil lebih tinggi," kata Ariston.
Meski begitu, Ariston juga memberikan catatan, penguatan rupiah dapat terhenti olej kekhawatiran inflasi global kembali memanas. Kendala rantai pasok, kekurangan tenaga kerja di AS, ditambah krisis energi yang sempat terjadi beberapa bulan terakhir telah memicu kenaikan pada harga-harga barang dan jasa di banyak negara.
Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto juga memperkirakan rupiah dapat menguat di kisaran 14.225 per dolar AS, dengan potensi pelemahan di Rp 14.315. Ia mengatakan sentimen utama penggerak rupiah hari ini datang dari kenaikan harga komoditas global.
"Penguatan kemarin dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas dan kemungkinan hari ini juga masih akan melihat perkembangan harga komoditas," kata Rully kepada Katadata.co.id.
Sementara dari dalam negeri, kemungkinan pasar sudah tidak melihat data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga lagi, dan akan fokus kepada prospek di kuartal keempat dan kuartal pertama tahun 2022.
Ia mengatakan pasar tampaknya semakin optimistis dengan perekonomian domestik ke depan didukung sejumlah data ekonomi. "Data keyakinan konsumen membaik, positif kepada belanja rumah tangga," kata Rully.
Berdasarkan data Bank Indonesia, indeks keyakinan konsumen berhasil lompat ke posisi 113,4 pada Oktober 2021. Ini menunjukkan konsumen semakin optimistis dengan perekonomian domestik. IKK Oktober tercatat sebagai yang tertinggi dalam 19 bulan terakhir, atau sejak Maret tahun lalu yang mencatat IKK 113,8 poin.