Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan pada Oktober mengalami surplus mencapai US$ 5,73 miliar, kembali mencetak rekor surplus tertinggi sepanjang sejarah yang sempat ditorehkan pada Agustus 2021 sebesar US$ 4,7 miliar. Surplus perdagangan sepanjang Januari-Oktober 2021 telah mencapai US$ 30,81 miliar.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, ekspor pada Oktober mencapai US$ 22,03 miliar, naik 6,89% dibandingkan September bahkan melesat 53,35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan impor mencapai US% 16,29 miliar, hanya naik 0,36% dibandingkan bulan sebelumnya tetapi melesat 51,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Neraca perdagangan barang Oktober 2021 surplus US$ 5,73 miliar. Kalau dilihat secara tren, neraca perdagangan sudah surplus 18 bulan beruntun," ujar Margo dalam Konferensi Pers, Senin (15/11).
Margo menjelaskan, ekspor migas pada Oktober 2021 naik 9,91% dibandingkan September atau 66,68% dibandingkan Oktober 2020 menjadi US$ 1,03 miliar, sedangkan ekspor nonmigas naik 6,75% dibandingkan bulan sebelumnya atau 52,75% dibandingkan Oktober 2020 menjadi US$ 21,miliar.
"Kinerja ekspor kita baik secara total maupun hanya nonmigas pada tahun ini jauh lebih bak dibandingkan 2020 maupun 2019. Semoga bisa dipertahankan ke depannya," kata Margo.
Margo menjelaskan, ekspor pertambangan melesat paling tinggi mencapai 20,11% dibandingkan bulan sebelumnya atau 190,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai US$ 4,53 miliar. Kenaikan ekspor pertambangan yang melesat dibandingkan tahun lalu terutama didorong oleh ekspor batu bara yang naik 197,76% biji tembaga 55,72%, dan lignit atau batu bara muda.
Berdasarkan negara tujuan, kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Cina mencapai US$ 1,38 miliar, disusul Malaysia US$128,5 juta, dan Mesir US$ 51,5 juta. Sedangkan penurunan ekspor terjadi untuk tujuan Jepang US$ 126,2 juta, Korea Selatan 103, 6 juta, dan Spanyol US$ 71,4 juta.
BPS juga mencatat, ekspor secara kumulatif pada Januari-Oktober 2021 naik 41,80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 186,32 miliar. Sementara khusus ekspor nonomigas tercatat tumbuh 41,2% menjadi US$ 176,47 miliar.
Kinerja ekspor secara kumulatif terutama didorong oleh pertumbuhan sektor tambang yang mencapai 87,7% menjadi US$ 29,3 miliar, industri pengolahan 35,53% menjadi US$ 143,76 miliar, ekspor migas 52,24% menjadi US$ 9,85 miliar, serta ekspor pertanian, pertambangan, dan perikanan 5,17% menjadi US$ 3,41 miliar.
Sementara itu, Margo mencatat, kenaikan impor pada Oktober 2021 terutama didorong oleh ekspor migas yang tumbuh 1,68% dibandingkan bulan sebelumnya atau 75,94% dibandingkan Oktober 2020 menjadi US$ 1,69 miliar. Sedangkan impor nonmigas tumbuh 0,19% dibandingkan September atau 48,29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 14,39 miliar.
Margo menjelaskan, seluruh jenis impor berdasarkan kompoennya berhasil tumbuh kecuali konsumsi. Impor konsumsi pada bulan lalu turun 11,7% dibandingkan bulan sebelumnya meski naik 53,45% dibandingkan peridoe yang sama tahun lalu. "Komoditas yang berpengaruh karena impor barang farmasi yang turun 35,44%, diikuti buah-buahan turun 14,51%," kata dia.
Impor bahan baku penolong yang berkontribusi paling besar naik 1,77% secara bulanan atau 55,825 secara tahunan menjadi US% 12,31 miliar. Sedangkan impor bahan modal tumbuh 1,92% secara bulanan atau 29,41% secara tahunan menjadi US$ 2,39 miliar.
Margo menjelaskan, kenaikan impor berdasarkan kode hs 2 digit terutama disumbang oleh besi dan baja yang mencapa US$ 181,7 juta, disusul kembang gula sebesar US$ 83,9n juta, kendaraan dan bagian, ampas dan sisa industri, serta logam mulia dan perhiasan.
Kenaikan impor terutama berasal dari Cina sebesar US$ 166, 3 juta, Afrika Selatan US$ 87,4 juta, dan India 64,2 juta. Sementara penurunan impor terbesar terjadi pada barang asal Amerika Serikat US$ 147,2 juta, Italia US$ 110,3 juta, dan Kanadan US$ 93 juta.
Sementara secara total, menurut dia, impor Januari-Oktobernaik 35,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai US$ 155,51 miliar. Dari total impor tersebut, impor nonmigas naik 32,7% menjadi US$ 136,38 milair.
"Impor nonmigas kita terbesar secara kumulatif didorong oleh impor mesin dan peralatan mekanis bagiannya yang naik 14,79% sebesar US$ 20,18 miliar," kata dia.