Bank Indonesia mencatat neraca transaksi berjalan pada kuartal ketiga 2029 surplus US$ 4,5 miliar atau 1,5% terhadap produk , terbesar sedikitnya dalam satu dekade terakhir. Surplus pada transaksi berjalan mendorong neraca pembayaran mencatatkan surplus mencapai US$ 10,7 miliar, setelah defisit pada kuartal kedua US$ 0,4 miliar.
"Transaksi berjalan pada kuartal III 2021 surplus US$ 4,5 miliar, setelah pada kuartal sebelumnya defisit US$ 2 miliar," ujar Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam siaran pers, Jumat (19/11).
Indonesia pertama kaliya mencatakan surplus pada neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2020 setelah defisit selama hampir satu dekade. Surplus transaksi berjalan berlangsung pada kuartal III dan IV 2020 masing-masing US$ 1 miliar danUS$ 862,1 juta.
Erwin menjelaskan, surplus neraca transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang yang mencapai US$ 15,03 miliar, naik hampir dua kali lipat dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 8,33 miliar. Hal ini dipengaruhi olehkenaikan ekspor nonmigas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.
Di sisi lain, defisit neraca jasa tercatat turun dari US$ 3,7 miliar pada kuartal II 2020 menjadi US$ 3,6 miliar pada kuartal III> Jal ini didukung perbaikan kinerja jasa transportasi yang didukung oleh meningkatnya penerimaan jasa freight sejalan dengan peningkatan aktivitas ekspor.
Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer meningkat dari US$ 6,74 miliar pada kuartal I dan US$ 8,05 miliar pada kuartal II menjadi US$ 8,34 miliar. Kenaikan defisit disebabkan oleh kenaikan pembayaran imbal hasil investasi langsung yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja korporasi berbasis sumber daya alam (SDA).
BI juga mencatat transaksi modal dan finansial pada kuartal III 2021 mencatatkan surplus yang meningkat, terutama bersumber dari investasi langsung. Pada kuartal III 2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar US$ 6,1 miliar dolar AS atau 2% dari PDB, lebih tinggi dari capaian surplus pada kuartal sebelumnya US$ 1,6 miliar atau 0,6% dari PDB.
"Surplus tersebut bersumber dari aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang tetap terjaga sebesar US$ 3,3 miliar," kata Erwin.
Investasi lainnya juga mengalami surplus US$ 1,49 miliar, setelah mengalami defisit pada kuartal sebelumnya. Ini dipengaruhi oleh penurunan pembayaran neto pinjaman luar negeri, peningkatan penempatan simpanan nonresiden di dalam negeri, serta tambahan alokasi Special Drawing Rights (SDR).
Selain itu, investasi portofolio selama kuartal III 2021 juga mencatat net inflows sebesar US$ 1,1 miliar, meskipun menurun dari kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 4,0 miliar. Ini terutama terjadi seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.
"Dengan perkembangan seluruh komponen neraca pembayaran ersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September 2021 mencapai US$ 146,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan US$ 137,1 miliar pada akhir Juni 2021," kata dia.