Kenaikan harga-harga diramal akan semakin kuat menuju akhir tahun di tengah mobilitas yang semakin longgar serta meningkatnya permintaan. Inflasi di bulan November ini diperkirakan akan lebih kuat dibandingkan inflasi 0,12% secara month-to-month (mtm) pada Oktober.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan kembaliinflasi lebih kuat di November ini sebesar 0,36% secara mtm. Dengan demikian, inflasi secara tahunan sebesar 1,74%, serta inflasi tahun kalender sebesar 1,28%. Sementara inflasi inti diperkirakan 1,43% secara tahunan.
"Inflasi tertama disebabkan oleh adanya pola musiman di akhir tahun, dan pelonggaran PPKM mendorong mobilitas dan konsumsi masyarakat meningkat," kata Fasial kepada Katadata.co.id, Selasa (30/11).
Faisal menyebut, kenaikan inflasi bulan ini terutama didorong oleh harga makanan, transportasi, restoran dan layanan rekreasi. Untuk kelompok pengeluaran bahan makanan, kenaikan harga terutama dialami minyak goreng, cabai merah, dan telur ayam.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP), harga minyak goreng untuk semua jenis naik dua digit. Minyak goreng curah naik 11% dari bulan lalu menjadi Rp 17.300 per liter hari ini. Harga minyak goreng kemasan sederhana juga naik 13% menjadi Rp 17.800 per liter.
Harga cabai merah besar dan keriting juga kompak naik. Harga cabai merah besar meroket 21% menjadi Rp 40.000 per Kg. Harga cabai merah keriting juga naik dengan laju yang sama menjadi Rp 40.900 oer Kg. Sementara telur ayam ras naik 8% menjadi Rp 25.700 per Kg.
Selain itu, adanya pelonggaran PPKM juga mendorong meningkatnya permintaan di sektor jasa transportasi dan restoran. Harga di dua kelompk pengeluaran ini juga diprediksi akan naik.
Dengan perkembangan tersebut, Faisal memperkirakan inflasi sampai ahkhir tahun ini akan relatif rendah di kisaran 1,82%. Ini berada di bawah target Bank Indonesia di kisaran sasaran 2%-4%.
"Kami melihat potensi tekanan inflasi dari sisi permintaan tetap ada padakuartal keempat 2021 di tengah akselerasi pemulihan ekonomi menyusul pelonggaran PPKM," kata Faisal.
Senada dengan Faisal, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi yang lebih tinggi pada bulan ini mencapai 0,29% secara mtm, inflasi tahunan 1,67%. Josua memperkirakan kenaikan harga-harga terjadi di seluruh komponen pembentuk IHK. Komponen inti diperkirakan inflasi 1,5%.
"Peningkatan inflasi inti di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat serta kenaikan harga komoditas seperti harga emas, kenaikan harga rokok kreter filter dan gula," kata Josua kepada Katadata.co.id.
Inflasi harga bergejolak juga cendeurng meningkat terutama dipengaruhi tren kenaikan harga komoditas pangan. Selain yang sudah disebutkan Faisal sebelumnya, komoditas lain yang juga mencatat kenaikan harga antara lain beras dan daging sapi dengan besaran terbatas, masing-maisng 0,06% dan 0,09%.
Sementara itu, berdasarkan Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia pada pekan keempat November, inflasi diperkirakan sebesar 0,34% secara mtm. Inflasi secara tahunan diperkiralam 1,72% dan inflasi tahun kalender 1,27%.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Oktober sebesar 0,12% secara mtm, inflasi tahunan 1,66% dan inflasi tahun kalender 0,93%.
Kenaikan IHK ini terjadi pada seluruh kelompok pengeluara. Kenaikan tertinggi pada kelompok transportasi sebesar 0,33% dengan andil 0,04% terhadap pembentukan inflasi Oktober 2021. Penyebab utamanya karena kenaikan harga tiket pesawat.