BI Ramal Inflasi Desember 0,34% Disumbang Mahalnya Harga Cabai Rawit
Bank Indonesia (BI) memperkirakan akan terjadi kenaikan harga barang dan jasa pada bulan terakhir tahun depan dengan inflasi sebesar o,34% secara month-to-month (mtm). Inflasi terutama disumbang kenaikan harga cabai rawit.
"Berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu kedua bulan ini, perkembangan harga pada Desember 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,34% secara mtm," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (10/12).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi untuk keseluruhan tahun diperkirakan sebesar 1,64%, di bawah target BI untuk tahun 2021 di kisaran 2%-4%.
Erwin merincikan penyumbang utama inflasi bulan ini terutama dari kenaikan harga cabai rawit yang diramal inflasi 0,08% secara mtm. Disusu inflasi minyak goreng sebesar 0,04%, cabai merah sebesar 0,03%, daging ayam ras sebesar 0,02%, sawi hijau, sabun detergen bubuk, semen dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01%.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP), harga cabai rawit merah meroket 94,5% dalam sebulan menjadi Rp 74.300 per kg pada pemantauan harga hari ini.
Harga minyak goreng untuk semua jenis juga naik. Minyak goreng curah naik 5,39% menjadi 17.600 per liter, minyak goreng kemasan sederhana naik 8,38% menjadi Rp 18.100 per liter.
Lonjakan harga juga terjadi di cabai merah. Harga cabai merah keriting naik 21,74% menjadi Rp 47.600 per kg. Harga cabai merah besar naik 26,09% menjadi Rp 46.400 per kg.
Erwin juga mengatakan beberapa komoditas akan mengalami deflasi, antara lain bawang merah dan daging sapi masing-masing sebesar 0,01% secara mtm.
Harga bawang merah turun 5,43% dalam sebulan menjadi Rp 26.100 per kg, sedangkan harga daging sapi bagian paha belakang naik 0,32% menjadi Rp 125.900 per Kg.
Apabila perkiraan tersebut tidak meleset, maka IHK Desember ini menandakan inflasi tiga bulan beruntun. IHK sempat deflasi 0,04% pada September, kemudian mulai berbalik dengan inflasi 0,12% pada Oktober. Kenaikan harga-harga semakin kuat menuju akhir tahun ditandai inflasi November sebesar 0,37%.
Pada November, inflasi tahunan menembus 1,75%, lebih tinggi dibandingkan Oktober 1,66%. Sedangkan inflasi tahun kalender mencapai 1,3%.
"Secara bulanan maupun tahunan, inflasi November merupakan yang tertinggi sepanjang tahun ini," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat konferensi pers secara virtual, Rabu (1/12).
Berdasarkan kelompok pengeluaran, kenaikan inflasi terutama didorong oleh kategori makanan, minuman dan tembaku. Kenaikan harga di kelompok ini 0,84% secara mtm, dengan andil 0,21%. Komoditas yang menjadi kontributor utama kenaikan inflasi yakni minyak goreng, telur ayam ras dan cabai merah.
Sementara berdasarkan komponen pembentuknya, inflasi harga bergejolak 1,19% mtm dengan andil 0,2%. Inflasi tahunannya 3,05%, terutama karena harga minyak goreng dan telur ayam ras.
Sedangkan inflasi komponen inti 0,17% mtm dengan andil 0,11%. Inflasi tahunannya 1,44%, karena kenaikan harga emas perhiasan, sewa rumah, dan kontrak rumah. Harga yang diatur pemerintah inflasi 0,37% mtm, memberi andil 0,06%. Ini karena kenaikan tarif angkutan udara dan rokok kretek filter.