Kenaikan harga minyak goreng beberapa pekan terakhir memberi sinyal bahwa inflasi harga pangan mulai meningkat. Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai sejumlah faktor yang dapat mengerek kenaikan harga pangan pada tahun ini.
Sri Mulyani menyebut inflasi sepanjang tahun lalu stabil, bahkan di bawah target pemerintah tahun lalu di 2-4%. Inflasi bulanan pada Desember 2021 tercatat 0,57%, sedangkan inflasi sepanjang 2021 hanya sebesar 1,87%. Meski demikian, Sri Mulyani melihat tekanan harga komoditas tampaknya mulai tertranmisiskan ke kenaikan harga pangan.
"Tekanan dari harga komoditas merembes ke dalam seperti kenaikan harga minyak kelapa sawit crude palm oil (CPO) kepada minyak goreng di Indonesia. Maka kita juga harus hati-hati nanti akan menimbulkan tekanan terhadap harga pangan di Indonesia," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (19/1).
Kenaikan harga sejumlah bahan pangan meningkat di penghujung tahun 2021 dan masih berlangsung di awal tahun ini. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mendata, harga minyak goreng naik 30% sepanjang 2021 ke kisaran Rp 18.000 - Rp 20.000 per liter. Kenaikan harga tersebut terutama didorong kenaikan harga CPO dunia yang diramal masih akan bertahan hingga pertengahan tahun ini.
Adapun untuk menurunkan harga minyak goreng, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan kini menetapkan kebijakan satu harga minyak goreng sebesar Rp 14.000 per liter. Aturan ini berlaku mulai hari ini hingga 18 Juli.
Selain didorong kenaikan harga komoditas global, Sri Mulyani mengatakan kenaikan inflasi domestik berpotensi didorong gangguan suplai. Meski demikian, ia optimistis kondisi inflasi masih akan terjaga baik. Pihaknya bersama forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga terus memantau secara detail sejumlah aspek yang berpotensi mengerek kenaikan inflasi.
"Dengan relatif inflasi yang cukup baik maka fokus kita adalah mengakselerasi pemulihan supaya kuat, sehingga dia bisa bertahan kalau dia dihadapkan pada tekanan harga yang kemudian akan terjadi di 2022 ini," kata Sri Mulyani.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Desember sebesar 0,57% secara month-to-month (mtm), merupakan kenaikan harga tertinggi dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tinggi pada Desember terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini memiliki andil 0,41%. Inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau 1,61% mtm dan 3,09% secara yoy.