Ibu Kota Belum Pindah, Pertumbuhan Ekonomi Jakarta di Bawah Nasional

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.
Ilustrasi. BPS mencatat perekonomian DKI Jakarta pada tahun lalu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional mencapai 17,19%.
Penulis: Agustiyanti
7/2/2022, 16.21 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada sepanjang tahun lalu mencapai 3,56%, jauh membaik dibandingkan 2020 yang terkontraksi 2,39%. Namun, pertumbuhan ekonomi Ibu Kota Negara ini berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 3,69%. 

Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Anggoro Dwitjahyono menjelaskan, perekonomian DKI Jakarta pada tahun lalu memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional mencapai 17,19%. “Namun seperti beberapa provinsi besar lainnya di Pulau Jawa, share perekonomian Jakarta terhadap perekonomian menurun dibandingkan 2020 yang mencapai 17,55%,” ujar Anggoro dalam Konferensi Pers, Senin (7/2). 

Berdasarkan komponen pengeluarannya, pertumbuhan paling tinggi dicatatkan oleh impor yang mencapai 12,45%, disusul ekspor mencapai 11,26%. Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh 9,73%, konsumsi rumah tangga 3,63%, dan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tumbuh 0,06%. 

Sementara dari sisi lapangan usaha, BPS mencatat hampir seluruh lapangan usaha di DKI Jakarta tumbuh positif pada kuartal kedua tahun ini. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor lapangan usaha jasa lainnya mencapai 9,28%, di antaranya didorong oleh banyaknya masyarakat berkunjung ke tempat rekreasi.

Adapun sektor  transportasi dan pergudangan tumbuh 8,27%  didukung oleh peningkatan jumlah penumpang dan barang. Tingkat okupansi hotel yang tinggi jua  mendukung tumbuhnya lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 7,96%. Sementara itu, lapangan usaha di sektor pengadaan listrik dan gas, serta administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; dan jasa keuangan dan asuransi masih terkontraksi. 

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, rencana pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara pasti akan menimbulkan perubahan terhadap kondisi perekonomian nasional secara spasial. Namun, ia mengaku belum dapat memprediksi secara pasti seberapa besar dampak kebijakan ini terhadap perekonomian. 

"Pasti akan ada perubahan dengan pemindahan ibu kota negara, karena secara teori ada aktivitas ekonomi di ibu kota baru. Namun, seberapa besar pergerakannya dan perubahannya, akan tergantung seperti apa aktivitas ekonominya. Kami belum bisa prediksi," kata dia. 

BPS mencatat, ekonomi di pulau Jawa secara keseluruhan tumbuh 3,66% pada tahun lalu. Kontribusinya mencapai 57,89% terhadap PDB nasional. Ekonomi Sumatera yang memiliki kontribusi terbesar kedua mencapai 21,7% tumbuh 3,18%. 

Ekonomi Kalimantan yang berkontribusi 8,25% terhadap ekonomi nasional tumbuh 3,1%, Sulawesi mencatatkan pertumbuhan mencapai 5,67% dengan kontribusi 6,89%. Sementara Bali dan Nusa Tenggara hanya tumbuh 0,07% dengan kontribusi 2,78%.

Sementara itu, ekonomi Maluku dan Papua berhasil tumbuh 10,09%. Namun, kontribusinya terhadap ekonomi nasional masih sangat minim hanya sebesar 2,49%.