Rupiah Menguat ke 14.346 per Dolar AS Jelang Penentuan Bunga Acuan BI

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Ilustrasi. Rupiah menguat pagi ini di tengah pelemahan mayoritas mata uang Asia.
Penulis: Agustiyanti
10/2/2022, 09.13 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,11% atau 16 poin ke level Rp 14.342 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (10/2). Rupiah menguat seiring pasar yang masih optimistis pada pemulihan ekonomi domestik di tengah sentimen negatif eksternal. 

Mengutip Bloomberg, rupiah sedikit bergerak melemah dari posisi pembukaan ke level Rp 14.344 per dolar AS hingga pukul 09.05 WIB. Namun, posisi tersebut masih menguat dibandingkan penutupan kemarin Rp 14.358 per dolar AS

Mayoritas mata uang negara Asia bergerak melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,1%, Rupee India 0,08%, Ringgit Malaysia dan Baht Thailand menguat 0,06%, serta dolar Hong Kong, Korea Won, dan dolar Taiwan masing-masing menguat 0,01%. Sementara itu, yuan Cina menguat 0,01%, peso Filipina 0,14%, dan yen Jepang 0,01%. 

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, potensi penguatan rupiah terlihat dari positifnya indeks-indeks saham global pada perdagangan kemarin dan pergerakan indeks saham Asia pagi ini. 

"Pasar juga akan fokus pada hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia hari ini. BI kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuannya, meskipun tingkat inflasi di Januari sudah di dalam kisaran target," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (10/2). 

Namun demikian, menurut dia, pasar akan melihat langkah moneter BI lainnya. Dalam rapat sebelumnya, bank sentral menyatakan akan menaikan giro wajib minimum (GWM) yang artinya pengetatan moneter akan dimulai tahun ini. "Bila ada kebijakan tambahan yang mengarah ke pengetatan moneter, rupiah masih terdukung menguat hari ini," kata dia. 

Di sisi lain, menurut dia, tekanan terhadap rupiah juga berpotensi muncul karena pasar tengah menantikan data inflasi konsumen AS bulan Januari yang dirilis malam ini. Data inflasi AS yang kemungkinan melebihi ekspektasi pasar yaitu sebesar 7,3% akan memvalidasi ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif tahun ini. Hal ini berpotensi mendorong penguatan dolar AS.

"Dengan kemungkinan konsolidasi ini, penguatan rupiah mungkin tidak jauh dan berpotensi tertekan lagi. Rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 14.340 per dolar AS, sementara potensi pelemahan ke arah Rp 14.370 per dolar AS," kata dia. 

Analis DC Futures Lukman Leong juga memperkirakan rupiah akan bergerak menguat pada perdagangan hari ini dalam rentang Rp 14.300 hingga Rp 14.400 per dolar AS. Hasil rapat dewan gubernur BI yang kemungkinan menahan bunga acuan di tengah kenaikan inflasi dapat mendukung rupiah yang tengah mendapat tekanan dari kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19. 

"Faktor lain yang bisa mendukung rupiah adalah naiknya harga batu bara. Perkembangan covid-19 dengan kasus kematian dan kebutuhkan rumah sakit yang rendah juga telah melegakan investor karena pemerintah kemungkinan tidak akan menerapkan PPKM yang ketat," kata dia. 

Menurut dia, rupiah banyak mendapat dukungan dari faktor domestik. Sentimen positif investor tercermin dari aliran modal asing yang masuk Rp 6 triliun dalam sepekan terakhir dipicu langkah-langkah pemerintah menarik investor asing. "Investor lebih akan wait and see melihat data inflasi AS. Di luar tekanan inflasi AS, rupiah banyak mendapat dukungan dari faktor domestik," kata dia.