Nilai tukar rupiah dibuka melemah 8 poin ke level Rp 14.309 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan dipengaruhi penantian pasar terhadap pengumuman kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika yang kemungkinan dilakukan pekan ini.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 14.313 pada pukul 09.20 WIB. Angka ini semakin jauh dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp 14.301 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah pagi ini. Dolar Singapura melemah 0,13% bersama dolar Taiwan 0,35%, won Korea Selatan 0,62%, peso Filipina 0,21%, rupee India, baht Thailand dan yen Jepang kompak melemah 0,38%, yuan Cina 0,17%, ringgit Malaysia 0,12%. Sementara, dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan kembali tertekan ke rentang Rp 14.350-Rp 14.380, dengan potensi support di kisaran Rp 14.280 per dolar AS. Pelemahan rupiah dipengaruhi penantian pasar terhadap pertemuan pembuat kebijakan bank sentral Amerika (The Fed) pekan ini.
"Isu kenaikan suku bunga acuan AS yang mungkin agresif di pekan ini menjadi penguat dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (14/3).
Sentimen negatif akibat rencana kenaikan bunga acuan sebenarnya sudah terlihat sejak akhir pekan lalu. Rilis data inflasi menunjukkan masih berlanjutnya kenaikan harga-harga ke level tertinggi dalam 40 tahun.
Dengan tingkat inflasi di AS yang menunjukan tren naik, The Fed dipastikan akan menaikan suku bunga acuannya, paling tidak 25 basis poin. "Tapi mungkin akan menunjukan sikap yang lebih agresif di bulan-bulan selanjutnya," kata Ariston.
Sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga terlihat meningkat hingga menembus ke atas 2% untuk tenor 10 tahun. Kenaikan ini juga menjadi sinyal antisipasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS karena inflasi yang meninggi.
Sementara, sentimen negatif dari perang Rusia dan Ukraina tampaknya mulai mereda. Hal ini didorong oleh laporan dari Rusia yang menyebut negosiasi terbaru dengan perwakilan Ukraina sudah menunjukkan adanya 'kemajuan signifikan'. "Ini menjadi kabar baik bagi pasar keuangan bahwa perang akan segera berhenti," kata Ariston.
Berbeda dengan Ariston, analis DC Futures Lukman Leong memperkirakan rupiah berpotensi menguat di rentang Rp 14.225-Rp 14.425 per dolar AS. Penguatan rupiah didukung oleh harga komoditas yang tinggi dan sentimen ris on di pasar hari ini.
"Pelaku pasar juga menantikan laporan neraca perdagangan Februari besok yang diperkirakan kembali mencatatkan surplus," kata Lukman kepada Katadata.co.id.
Namun penguatan mungkin akan terbatas menjelang pertemuan pembuat kebijakan The Fed pekan ini yang kemungkinan besar akan menaikan suku bunga. Sedangkan di hari yang sama pasar mengantisipasi BI untuk tetap mempertahankan suku bunga.