Nilai tukar rupiah dibuka melemah sembilan poin ke level Rp 14.342 per dolar Amerika Serikat di pasar spot pagi ini. Pelemahan dipengaruhi menguatnya sentimen kenaikan bunga acuan menjelang pertemuan pembuat kebijakan bank sentral AS pekan ini.

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat ke Rp 14.326 pada pukul 09.20 WIB. Angka ini melampaui level penutupan kemarin di Rp 14.333 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Yen Jepang  melemah 0,1% bersama dolar Taiwan 0,31%, won Korea Selatan 0,01%, yuan Cina 0,21% dan ringgit Malaysia 0,06%. Sementara dolar Hong Kong menguat 0,03% bersama peso Filipina 0,14%, rupee India 0,03% dan bath Thailand 0,01%, sedangkan dolar Singapura stagnan.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan kembali tertekan ke kisaran Rp 14.380, dengan potensi support di kisaran Rp 14.300 per dolar AS. Rupiah hari ini akan tertekan sentimen rencana kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika.

"Antisipasi terhadap kenaikan suku bunga acuan AS dan sikap Bank Sentral AS yang akan lebih agresif dalam pengetatan moneter masih menjadi penekan rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Selasa (15/3). 

Pembuat kebijakan bank sentral Amerika (The Fed) dijadwalkan bertemu hari ini hingga besok. Mayoritas pasar melihat The Fed akan mengumumkan kenaikan bunga acuannya sebesar 25 bps pada pertemuan kali ini untuk menjinakkan inflasi yang menyentuh rekor tertinggi dalam 40 tahun. 

Pertemuan The Fed kali ini bukan hanya menantikan pengumuman kenaikan bunga acuan. Pasar juga akan menunggu proyeksi terbaru terkait arah pemulihan ekonomi, proyeksi bunga acuan ke depan serta langkah lebih lanjut terkait rencana pengurangan portofolio bank sentral tersebut. 

Meski tertekan meningkatnya sentimen kenaikan bunga The Fed, Ariston mengatakan kabar baik dari perang Rusia dan Ukraina bisa menahan tekanan ke rupiah.  "Kemauan Rusia untuk berdialog dengan Ukraina membuka harapan perang akan segera berakhir," kata Ariston. 

Seperti diketahui, perwakilan kedua negara sudah beberapa kali menggelar pertemuan. Pada pertemuan Minggu (13/3) perwakilan Rusia menyebut sudah ada kemajuan lebih lanjut dari pembicaraan mereka. Kedua negara kembali bertemu kemarin (14/3). 

Senada dengan Ariston, analis DC Futures Lukman Leong juga memperkirakan rupiah akan tertekan dan bergerak di rentang Rp 14.275-14.425 per dolar AS. Selain dipengaruhi penantian rapat The Fed, pergerakan rupiah juga akan dipengaruhi rilis neraca dagang siang ini. 

"Rilis neraca perdagangan hari ini yang diperkirakan surplus US$ 2 miliar, dapat menahan pelemahan lebih lanjut," ujarnya kepada Katadata.co.id

Perkiraan dari para ekonom yang dihimpun Katadata.co.id memperkirakan surplus neraca dagang Februari akan lebih tinggi dari bulan sebelumnya, berkisar US$ 1,7 miliar hingga US$ 3,29 miliar.

Sementara analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan volatilitas masih akan tinggi hari ini di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global. Pergerakan rupiah hari ini masih banyak dipengaruhi perang Rusia dan Ukraina. 

"Secara teknikal, pada perdagangan hari ini kami memperkirakan Rupiah akan berada pada kisaran Rp 14.307 dan Rp 14.368 per dolar AS," ujarnya kepada Katadata.co.id

Reporter: Abdul Azis Said