Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret inflasi sebesar 0,66% setelah mencatatkan deflasi sebesar 0,22%. Inflasi terutama disumbangkan kenaikan harga minyak goreng dan cabai.
"Jika ditarik mundur, inflasi secara bulanan pada Maret ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2019. Saat itu, terjadi inflasi 0,68%," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara daring, Jumat (1/4).
Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi tahun kalender atau year to date sebesar 1,2%, sedangkan inflasi secara tahunan sebesar 2,64%. Inflasi tahunan Maret merupakan yang tertinggi sejak April 2020 sebesar 2,67%.
"Penyumbang inflasi di Maret ini terutama karena komoditas cabai merah, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, serta minyak goreng," kata Margo.
Dari 90 kota yang disurvei, 88 diantaranya mencatat inflasi dan sisanya deflasi. Inflasi tertinggi di Merauke sebesar 1,86% secara bulanan, yang didorong oleh komoditas cabai rawit, angkutan udara dan tahu mentah. Sementara deflasi terendah di Tual sebesar 0,27% karena penurunan harga ikan layang dan angkutan udara.
Bank Indonesia dalam pemantauan harga pekan keempat Maret memperkirakan inflasi bulan lalu sebesar 0,68%. Inflasi terutama disumbangkan kenaikan harga cabai merah dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) seperti minyak goreng. Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender diperkirakan naik menjadi 1,24% dan inflasi tahunan sebesar 2,68%.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman sebelumnya meramalkan inflasi pada Maret mencapai 0,71%. Ia juga memperkirakan, inflasi secara tahunan mencapai rekor tertingginya dalam dua tahun terakhir di level 2,69%.
Kenaikan inflasi didorong oleh harga pangan yang tinggi di tengah permintaan yang meningkat secara musiman menjelang Ramadhan. Selain itu, pemerintah mencabut kebijakan harga harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng. Ia juga menyebut, ketidakpastian di pasar keuangan akibat konflik Rusia-Ukraina menyebabkan harga emas naik dan mendorong inflasi.
"Penurunan kasus Covid-19 terkait varian Omicron memungkinkan pemerintah untuk melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang meningkatkan mobilitas masyarakat. Hal ini mendorong inflasi restoran dan transportasi," kata Faisal dalam keterangan tertulisnya.
Ia melihat inflasi masih akan terus menanjak. Ini terutama didorong oleh peningkatan permintaan seiring pelonggaran PPKM, serta inflasi di tingkat produsen dan grosir yang kini sudah di atas inflasi konsumen.
Selain itu, terdapat kenaikan tarif PPN menjadi 11% serta tekanan di sisi penawaran karena kenaikan harga komoditas sebagai imbas dari perang. Inflasi tahun ini diramal menjadi 3,3%, masih dalam rentang target Bank Indonesia di antara 2% hingga 4%.