Pemangkasan pertumbuhan ekonomi domestik tersebut seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang juga diturunkan menjadi 3,5% dari sebelumnya 4,4%. Pemangkasan dilakukan sebagai imbas dari perang di Ukraina. Pertumbuhan ekonomi di Amerika, Eropa, Jepang, Cina dan India juga diperkirakan melambat tahun ini.
"Berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina berdampak pada pelemahan transaksi perdagangan, kenaikan harga komoditas dan ketidakpastian di pasar keuangan global di tengah penyebaran Covid-19 yang menurun," kata Perry.
Perry juga memperkirakan volume perdagangan akan lebih rendah pada tahun ini sejalan perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung. Kenaikan harga komoditas termasuk energi dan pangan memberi tekanan pada inflasi global.
Adapun kenaikan inflasi ini, menurut Perry, mendorong bank sentral di sejumlah negara maju termasuk Amerika mulai memperketat kebijakan moneternya. "Hal tersebut mendorong terbatasnya prospek aliran modal asing khususnya investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Perry.