Bank DBS Prediksi Implikasi Konflik Rusia-Ukraina pada Indonesia

Katadata
Implikasi konflik Rusia-Ukraina pada kondisi ekonomi Indonesia
27/4/2022, 03.00 WIB

Kekuatiran bahwa peningkatan harga di sektor energi dan makanan dapat mendorong inflasi, juga menjadi potensi risiko pada tahun ini.

Oleh karena itu, Bank DBS mempertahankan perkiraan 3 persen yoy pada 2022 dengan risiko kenaikan 50-70 basis point terhadap penyesuaian harga.

Selain itu, adanya neraca negatif pada sektor migas akan diimbangi dengan fenomena meningkatnya keuntungan dagang yang kuat dari sektor nonmigas seperti batu bara, sawit, dan logam.

Sebagai contoh, pada Februari 2022, surplus non-migas hampir mencapai dua kali lipat, sebesar US$ 5,7 miliar, jika dibandingkan sebelumnya sekitar US$ 2,3 miliar.

Hal ini disebabkan penjualan batu bara secara berkelompok dan memanfaatkan pengaruh harga dari komoditas lain yang dapat diperdagangkan.

Namun, peningkatan ekspor tetap akan diselingi oleh perubahan kebijakan dalam negeri seperti langkah-langkah sementara untuk memastikan kecukupan stok komoditas utama dalam negeri, termasuk batu bara dan minyak sawit.

Berbagai strategi ini dilakukan untuk menghadapi lonjakan harga internasional.

Terakhir, sisi fiskal menghadapi tarikan dua arah dari harga komoditas yang lebih tinggi.

Terdapat pendapatan yang lebih tinggi dari SDA (Sumber Daya Alam), tapi diimbangi oleh kebutuhan akan dukungan harga dan subsidi energi.

Pendapatan dari SDA meningkat 55 persen yoy pada 2021. Artinya, menyumbang sepertiga dari penerimaan non-pajak.

Melihat beragam implikasi tersebut, Bank DBS menilai kenaikan harga komoditas pasca disrupsi geopolitik menjadi faktor penarik bagi neraca perdagangan eksternal Indonesia.

Hal ini, tentunya akan memperkuat ketahanan ekonomi di tengah pergeseran kebijakan global.

“Kami memperkirakan dampak inflasi akan diimbangi oleh intervensi domestik dan BI yang akan menormalkan kebijakan, meski pada kecepatan yang lebih lambat,” katanya.

Bank DBS juga memproyeksikan bahwa Bank Indonesia akan menahan diri untuk membuat kebijakan hingga tengah tahun ini. Sebab, ada kemungkinan risiko material terhadap inflasi yang akan muncul karena penyesuaian harga.

Suku bunga acuan diperkirakan berada di 4,7 persen pada akhir tahun. Untuk nilai tukar rupiah ke dolar AS, diprediksi melewati Rp 14.600 sebelum stabil pada tahun depan.

Halaman: