Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 5,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tetapi terkontraksi 0,96% dibandingkan kuartal IV 2021. Ekonomi dalam tiga bulan pertama tahun ini terutama terdongkrak konsumsi rumah tangga.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal I 2022 mencapai 4.513 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan mencapai Rp 2.819 triliun. Nilai perekonomian Indonesia ini naik dibandingkan kuartal pertama tahun ini masing-masing Rp 3.971 triliun dan Rp 2.684 triliun, tetapi turun dibandingkan kuartal IV 2019 masing-masing Rp 4.498 triliun dan Rp 2.846 triliun.
"Dengan melihat perkembangan catatan peristiwa, ekonomi Indonesia pada kuaral I 2022 dibandingkan kuartal IV 2019 terkontraksi 0,96%, sedangkan dibandingkan kuartal I 2021 tumbuh 5,01%," ujar Margo dalam Konferensi Pers Pengumuman PDB Kuartal I 2022, Senin (9/5).
Margo menjelaskan, tingginya pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2022 secara tahunan disebabkan oleh low based effect atau pertumbuhan yang rendah pada kuartal I 2021. Pada kuartal I 2021, ekonomi Indonesia terkontraksi 0,7%.
Berdasarkan komponen pengeluarannya, pertumbuhan yang tinggi antara lain didorong oleh konsumsi rumah tangga yang mencapai 4,34%, PMTB (pembentukan modal tetap bruto) 4,09%, dan ekspor 16,22%.
Margo menjelaskan, negara-negara mitra dagang Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif. Tiongkok dan Uni Eropa bahkan mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2022 lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2021.
Ekonomi Tiongkok tumbuh 4,8%, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya 4,8%. Sementara ekonomi Uni Eropa tumbuh 5,2%, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya 4,9%. Sementara itu, ekonomi Amerika Serikat tumbuh 3,6%, Korea Selatan 3,1%, Singapura 3,4%, Vietnam 5%, dan Taiwan 3,1%.
Namun demikian, ia mengingatkan perang Rusia dan Ukraina juga akan memberikan dampak pada perekonomian global. IMF pada bulan lalu telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,6% akibat perang Rusia dan Ukraina. IMF juga menaikkan proyeksi inflasi global dari 3,9% menjadi 5,7%.
Di sisi lain, perang Rusia dan Ukraina juga memberikan dampak pada harga komoditas yang positif bagi Indonesia. Harga CPO pada kuartal I 2022 tumbuh 15,44% secara kuartalan bahkan mencapai 52,74% secara tahunan, harga batu bara tumbuh 40,24% secara kuartalan atau 153% secara tahunan, dan harga minyak mentah naik 23,45% secara kuartalan dan 62,94% secara tahunan.
"Harga timah, tembaga, dan nikel juga bergerak naik dengan sangat cepat," kata dia.
Sementara dari dalam negeri, menurut Margo, mobilitas penduduk mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yang kemudian berpengaruh terhadap produksi, konsumsi, dan investasi
Indeks penjualan eceran tumbuh 12,7%, PMI Manufaktur juga mencatatkan kenaikan ekspansi mencapai 51,7%. BPS juga mencatat konsumsi listrik berdasarkan laporan PLN tumbuh 15,44% pada kuartal I 2022, mengindikasikan perbaikan pada aktivitas industri.
"Impor barang modal dan bahan baku juga tumbuh tinggi, memperlihatkan agregat permintaan," katanya.
Indikasi perbaikan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini juga terlihat pada data penjualan mobil yang tumbuh 45,95%, penumpang udara yang meningkat 58,13%, dan wisman yang tumbuh impresif 228% meski masih kecil dibandingkan kondisi normal.
Perbaikan ekonomi, menurut Margo, juga tercermin dari penerimaan pajak yang tumbuh pada kuartal I 2022. PPh pasal 21 tumbuh 18,8%, dan PPh badan tumbuh 136%.