Modal Asing Lari dari Pasar Modal, Rupiah Anjlok ke 14.573 per US$

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Kurs rupiah tak berhasil menguat meski BPS pada hari ini merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 yang mencapai 5,01% secara tahunan.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
9/5/2022, 18.09 WIB

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 93 poin ke level Rp 14.573 per dolar AS pada perdagangan sore ini. Rupiah anjlok seiring keluarnya modal asing pada pasar saham yang mencapai Rp 2,6 triliun. 

Analis pasar uang Ariston Tjendra mengatakan sentimen pengetatan moneter di AS terlalu kuat di pasar. Hal ini membuat pelaku pasar keluar dari pasar emerging market dan kembali ke aset aman dolar AS.

"Sehingga fundamental baik apapun di pasar lokal tidak dilirik pelaku pasar untuk sementara waktu," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (9/5).

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini anjlok 4,42% ke level 6.909. Anjloknya IHSG dipicu oleh modal asing yang keluar dari pasar modal mencapai Rp 2,6 triliun. 

Kurs rupiah tak berhasil menguat meski BPS pada hari ini merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 yang mencapai 5,01% secara tahunan.  Ekonomi dalam tiga bulan pertama tahun ini terutama terdongkrak konsumsi rumah tangga.

Meski demikian, BPS juga menyebut pertumbuhan signifikan tersebut tidak lepas karena faktor low based effect. Oertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 tercatat minus 0,7%.

Senada dengan Ariston, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi juga menyebut pelemahan rupiah pada perdagangan awal pekan ini dipengaruhi sentimen kenaikan bunga bank sentral dunia. Ia melihat The Fed harus menaikkan suku bunga lebih agresif dan mengambil risiko resesi jika masalah rantai pasokan tak kunjung surut.

Sentimen kenaikan bunga The Fed ini juga didukung oleh komentar Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari pada akhir pekan lalu. Ia menegaskan kembali bahwa pembuat kebijakan dengan tajam mengamati seberapa jauh suku bunga harus naik di atas tingkat netral. "Fokus ekonomi utama AS berikutnya adalah data inflasi harga konsumen pada hari Rabu," kata Ibrahim dalam risetnya.

Ia mengatakan, dolar juga menguat terhadap semua mata uang utama karena penguncian wilayah terkait penanganan Covid-19 di Cina. Perdana Menteri China Li Keqiang pada akhir pekan lalu memperingatkan tentang situasi pekerjaan yang "rumit dan serius" ketika Beijing dan Shanghai memperketat pembatasan penduduk.

Pertumbuhan ekspor Cina pada April melambat menjadi 3,9% dari tahun sebelumnya, laju terlemah sejak Juni 2020. Lebih lanjut, sebuah laporan pekan lalu menunjukkan aktivitas manufaktur di Cina juga jatuh ke level terburuk sejak Februari 2020.

Reporter: Abdul Azis Said