Survei terbaru Bank Indonesia (BI) menunjukkan rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi turun pada April, terutama pada kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta. Di sisi lain, porsi pendapatan yang ditabung justru meningkat.
BI melaporkan, mayoritas pendapatan konsumen memang masih diperuntukan untuk konsumsi, mencakup hampir tiga perempatnya. Meski demikian, proporsinya menyusut dari 74,4% pada Maret 2022 menjadi 73,9% pada bulan lalu.
Penurunan terdalam terjadi pada kelompok konsumen dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta yang menyusut dari 68,4% menjadi 68,1% dari pendapatannya. Penurunan juga terjadi pada kelompok pengeluaran Rp 1 juta-2 juta dari 75,9% menjadi 75,7%. Sementara proporsi untuk konsumsi pada kelompok pengeluaran lainnya meningkat.
Rata-rata proporsi pendapatan yang dipakai untuk membayar cicilan atau utang alias debt to income ratio tidak berubah di level 9,7%. Sementara itu, proporsi pendapatan konsumen yang disimpan alias saving to income ratio tercatat sebesar 16,4%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 15,9%.
"Porsi tabungan terhadap pendapatan meningkat pada sebagian kategori pengeluaran, tertinggi pada responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan," kata BI dalam laporannya, Rabu (11/5).
Proporsi pendapatan pada kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta yang ditabung meningkat dari 16,2% pada menjadi 19,3% pada bulan lalu. Kenaikan juga terjadi pada kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta serta Rp 3,1-4 juta, sementara kelompok lainnya justru turun.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, penurunan proporsi konsumsi tak berarti konsumsi masyarakat kini tertahan. Pengeluaran konsumen menurutnya, masih tumbuh tetapi kenaikan pendapatan lebih tinggi.
Meski demikian, ia tidak menampik bahwa konsumen memang masih berjaga-jaga terhadap ketidakpastian kondisi global dan domestik sehingga konsumsi masyarakat seharusnya bisa lebih optimal. Ketidakpastian tersebut yang juga menjadi alasan proporsi untuk simpanan meningkat pada bulan lalu. Kenaikan simpanan ini juga tercermin dari Dana Pihak Ketga (DPK) yang masih tumbuh dua digit pada bulan Maret.
Pada kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta, Irman mengatakan pendapatan pada kelompok ini pulih paling cepat. Tetapi, masih ada hambatan untuk melakukan konsumsi tersier terutama keterbatasan untuk jalan-jalan baik di luar maupun dalam negeri.
"Karena keterbatasan dan ketidakpastian, alokasi untuk simpanan mereka jadi masih lebih besar pada saat incomenya naik," ujarnya kepada Katadata.co.id.
Data LPS juga menunjukkan simpanan masyarakat di bank umum tumbuh 10,7%% secara tahunan pada Februari 2022 mencapai Rp 7.446 triliun. Kenaikan simpanan terutama terjadi pada golongan nasabah dengan simpanan di atas Rp 5 miliar.