Kemenkeu Ungkap Seberapa Besar Dampak Resesi AS ke Ekonomi Indonesia

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
Pesepeda melintasi jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (2/5/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
21/6/2022, 14.45 WIB

Kementerian Keuangan mewaspadai dampak resesi ekonomi Amerika Serikat pada tahun depan yang akan menekan kinerja ekonomi dalam negeri. Di tengah kondisi resesi Amerika, Kemenkeu optimistis pertumbuhan ekonomi RI masih bisa mencapai target rentang 5,3%-5,9% pada tahun depan.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan Amerika merupakan negara dengan perekonomian terbesar dunia. Jika Amerika menghadapi resesi, maka akan berpengaruh ke seluruh negara dunia, termasuk Indonesia.

"Dia (AS) akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ekspor kita, dan bagaimana dengan pergerakan di pasar keuangan dunia, itu akan langsung terpengaruh," kata Suahasil dalam diskusi dengan Kompleks Parlemen, Selasa (21/6).

Ia mengatakan pihaknya akan terus memantau perkembangan risiko resesi tersebut secara mendetail. Asesmen saat ini, ia optimistis pertumbuhan ekonomi tahun depan masih belum berubah dari asumsi dasar RAPBN 2022 dengan pertumbuhan di rentang 5,3%-5,9%.

Pembicaraan soal resesi ekonomi di AS terus meningkat beberapa waktu terakhir. Survei Financial Times terhadap 49 ekonom akademis menunjukan hampir 70% dari mereka menyebut resesi bisa terjadi tahun depan.

Ekonom Bank of America (BofA) Securities juga memperkirakan ada peluang 40% AS akan jatuh ke jurang resesi tahun depan. Pertumbuhan ekonomi AS juga diramal mendekati 0% pada paruh kedua 2023.

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky sebelumnya mengatakan ancaman resesi di AS dipicu oleh kenaikan inflasi yang mendorong kenaikan bunga acuan oleh The Fed.

Pengetatan moneter oleh The Fed ini akan mendorong volatilitas di pasar keuangan meningkat sehingga menyebabkan keluarnya modal asing dari pasar keuangan domestik.

Derasnya modal asing yang keluar turut mempengaruhi pelemahan terhadap nilai tukar. Hal ini sebelumnya sudah terlihat beberapa pekan terakhir rupiah terus terkoreksi. Dengan rupiah yang semakin lemah akan berpengaruh pada impor barang oleh industri dalam negeri makin mahal.

Adapun ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai resesi ekonomi turut mempengaruhi kinerja perdagangan RI. Ekspor RI bisa melemah karena permintaan dari AS yang menurun seiring lesunya perekonomian.

Namun, tapi ia juga mewaspadai dampaknya ke kinerja perdagangan melalui transmisi tidak langsung melalui Cina. "Dampak tidak langsungnya misal Cina akan melakukan penyesuaian ketika permintaan dari AS menurun, penyesuaian yang dilakukan oleh Cina tersebut akan ikut mempengaruhi negara yang berdagang dengan mereka, termasuk Indonesia," kata Yusuf saat dihubungi kemarin.

Reporter: Abdul Azis Said