Bank Indonesia memperkirakan inflasi akan memang melampaui target 4% tahun ini, tetapi relatif masih terkendali rendah dibandingkan banyak negara. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun kembali menegaskan tak terburu-buru menaikkan bunga acuannya meski banyak bank sentral dunia mulai agresif mengerek bunganya.
"Dengan inflasi yang tetap rendah, kami tidak perlu buru-buru untuk menaikan suku bunga, kami akan menjaga suku bunga 3,5% sampai ada tekanan fundamental dari inflasi," kata Perry dalam diskusi daring dengan Bank Dunia, Rabu (22/6).
Ia memperkirakan inflasi tahun ini akan mencapai 4,2% atau di atas target bank sentral di 2%-4%. Meski begitu, Perry menyebut inflasi tersebut "sangat rendah" jika dibandingkan inflasi negara lain yang sudah menanjak.
Perkiraan BI menunjukan inflasi akan melandai pada tahun depan dan kembali dalam rentang target 2%-4%. Inflasi yang terkendali pada tahun ini hingga tahun depan menurutnya tidak lepas dari koordinasi yang erat antara otoritas fiskal dan moneter.
"Kami mengapresiasi upaya pemerintah meningkatkan subsidi sehingga transmisi dari kenaikan harga komoditas global ke domestik bisa dijaga dengan baik," kata Perry.
Meski masih menahan bunga, BI menggunakan instrumen moneter lain untuk menjaga stabilitas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk normalisasi likuiditas. Rasio GWM dinaikan menjadi 7,5% bulan depan dan 9% pada September.
Perry sebetulnya sudah berulang kali menegaskan bahwa pihaknya baru akan merespon jika terlihat kenaikan pada inflasi secara fundamental atau inflasi inti. Adapun laporan BPS bulan Mei menunjukkan inflasi inti 2,58% atau sedikit turun dari bulan sebelumnya 2,6%.
Deputi Gubernur Senior (DGS) BI, Destry Damayanti, dalam sebuah diskusi daring pada April lalu juga menyebut kenaikan bunga menjadi pilihan terakhir. Sebagai gantinya, bank sentral akan menggunakan instrumen kenaikan GWM untuk memerangi inflasi.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman dalam risetnya memperkirakan BI tak akan buru-buru mengerek bunga. Bank sentral diperkirakan baru akan menaikkan bunga pada paruh kedua tahun ini seiring optimisme kondisi ekonomi domestik terutama inflasi yang masih terkendali.
“Kami masih memperkirakan BI akan mempertahankan BI-7DRRR di level saat ini 3,5% pada semester I 2022. Waktu untuk menaikan bunga BI akan sangat bergantung pada kondisi inflasi yang mana kami perkirakan secara fundamental dan substansial meningkat pada paruh kedua,” kata Faisal, Kamis (16/6).