Ekonom: Jika BI Pertahankan Bunga Acuan, Biaya Utang Tidak Naik

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Teller menghitung uang di Bank BNI, Jakarta, Kamis (21/4/2022).
23/6/2022, 12.27 WIB

Sebaliknya, Apa Dampak Positif Jika Bunga Acuan BI Naik?

Sekalipun sinyal kuat menunjukkan BI tak akan mengerek bunga acuannya hari ini, tetapi ekonom juga menyebut ada sisi positif jika bunga dikerek meski inflasi dinilai masih terkendali. Irman menyebut, kenaikan bunga juga bisa membantu mengurangi tekanan keluarnya modal asing dari pasar modal.

"Sisi positif jika menaikkan bunga, dari sisi aliran masuk ke aset domestik akan lebih bagus dari investor asing karena imbal hasil aset domestik akan menjadi lebih menarik," kata dia kepada Katadata.co.id.

Kembali masuknya modal asing ini bisa membantu menahan pelemahan lebih lanjut pada rupiah. Meski begitu, sebenarnya saat ini rupiah masih cukup resilien terhadap tekanan eksternal berkat surplus neraca dagang dan investasi langsung asing yang masih masuk.

Senada, Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, menilai ada urgensi untuk BI segera menaikkan bunga. Jika BI tidak mengerek bunga, dampaknya akan terasa kepada meningkatnya tekanan di pasar keuangan. Dengan bunga acuan di AS yang terus dikerek naik, sementara BI masih menahan, investor akan lebih memilih investasi di AS. BI disarankan menaikkan bunga 25-50 bps pada pertemuan hari ini.

"BI tidak bisa lagi menunda, harus segera menaikkan suku bunga sesuai ekspektasi pelaku pasar. Jika BI tidak segera menaikkan suku bunga dikhawatirkan akan memunculkan gejolak pasar," kata Piter kepada Katadata.co.id

Sementara, Josua menilai kenaikan bunga tentu akan memiliki efek positif terhadap penguatan rupiah. Tetapi, menurtnya kenaikan bunga tidak begitu efektif membantu rupiah. Hal ini karena sentimen lain yakni kekhawatiran pasar terhadap resesi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia juga masih bertahan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said