Bagaimana Negara Bisa Bangkrut seperti Sri Lanka?

ANTARA FOTO/REUTERS/Indunil Usgoda Arachchi
Ilustrasi. Sri Lanka bukan hanya menghadapi krisis pangan dan energi yang parah, tetapi keuangannya juga menipis.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
25/6/2022, 19.28 WIB

Perekonomian Sri Lanka memasuki tekanan hebat dengan krisis pangan dan energi yang semakin parah. Perdana Menteri Sri Lanka bahkan menyebut bahwa ekonomi negaranya kini sudah benar-benar runtuh.

"Ekonomi kami telah menghadapi keruntuhan total," ujar Perdana Menteri Sri lanka Ranil Wickremesinghe dikutip dari CNN Internasional, Jumat (24/6).

Negara di Asia Selatan itu bukan hanya menghadapi krisis pangan dan energi yang parah, tetapi keuangannya juga menipis. Sri Lanka menghadapi krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade terakhir. Cadangan devisanya menyusut hingga level terendahnya sehingga negara kehabisan dolar AS untuk membayar impor barang-barang penting mulai dari pangan hingga obat-obatan.

Krisis ini turut memicu gejolak sosial di negara tersebut. Tidak jarang terjadi bentrok antara warga dengan polisi dan militer saat harus mengantri membeli bahan bakar.

Kapan sebenarnya sebuah negara dapat dikatakan bangkrut seperti Sri Lanka?

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebut sebuah negara bisa dikatakan bangkrut saat negara gagal mengembalikan utang alias default dalam beberapa periode tertentu.

Penyebab kebangkrutan ini juga disebabkan oleh kesalahan pemerintah dalam mengelola perekonomian. Selain itu, kondisi ini juga bisa berasal dari non ekonomi seperti stabilitas politik dan keamanan. 

"Melihat contoh yang negara gagal relatif mirip prasyaratnya salah satu pasti ada yang dipenuhi antara tidak bisa bayar pinjaman atau kondisi ekonomi yang tidak baik," kata Yusuf kepada Katadata.co.id.

Kepala Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B Hirawan menyebut krisis yang terjadi di Sri Lanka disebabkan kondisi politik domestiknya yang kurang baik. Politik dinasti serta korupsi yang mengarak makin memperburuk kondisi makro ekonominya yang memang sudah kesulitan.

Negara bangkrut bisa dilihat dari kondisi keuangan negaranya. Defisit APBN terhadap PDB melebar dan utang terus membengkak. "Salin itu pasti kita lihat juga dari stabilitas makronya, dari sisi pengangguran, inflasi dan bagaimana pertumbuhan ekonominya," kata Fajar.

Bagaimana Dampaknya jika Negara Bangkrut?

Saat negara bangkrut maka dampaknya ke aktivitas perekonomian yang terganggu. Masyarakat juga tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara normal. Nilai tukar juga amblas hingga bisa saja tidak berharga lagi. 

"Nilai mata uangnya menjadi rendah dan pada saat yang sama kita melihat negara tersebut tidak bisa melakukan perdagangan dengan negara lain," kata Yusuf.

Seperti yang terjadi di Sri Lanka, pemerintahnya kesulitan untuk membayar barang-barang impor. Walhasil, dampaknya pasti terasa ke masyarakat yang merembet ketegangan sosial.

Bagaimana Caranya Bangkit dari Kebangkrutan?

Jika suatu negara bangkrut, pemerintahannya perlu memperbaiki manajemen makro ekonomi, baik fiskal maupun moneter. Dari sisi fiskal, defisit APBN perlu terus ditekan, rasio utang juga diturunkan serta menyediakan bantuan sosial untuk menjaga masyarakat dari kenaikan harga-harga.

"Dari moneter jelas bahwa bank sentral harus lebih reaktif, harus cepat melihat apa yang terjadi di masyarakat, kalau inflasi cukup tinggi cepat direspon dengan kenaikan bunga acuan," kata Fajar.

Selain itu, Yusuf melihat saat sebuah negara menghadapi tekanan  hebat, lembaga multilateral seperti IMF hingga Bank Dunia akan memberikan dana talangan atau bailout. Namun, langkah ini pun seringkali diwarnai kontroversi. kehadiran berbagai lembaga tersebut seringkali disertai adanya intervensi terhadap kebijakan yang diambil pemerintah.

Reporter: Abdul Azis Said